Perang Rusia vs Ukraina menjadi peringatan bagi setiap negara untuk tidak terlena menyikapi potensi invasi militer dari negara lain. Ironisnya, sejumlah elit politik di Indonesia haqul yakin bahwa 20 tahun ke depan invasi dari negara lain ke Indonesia tidak ada.
Mantan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen (Purn) Tri Tamtomo geram dengan sikap sejumlah elit yang meremehkan potensi invasi militer ke Indonesia itu.
“Kalau ada petinggi yang menyampaikan seperti itu…. salah makan obat! Jangan mengeluarkan statement yang memperlemah kesiapan kita. Itu salah! Jika kita terdadak serangan militer, berapa prajurit yang akan gugur? Jangan! Ini sangat berbahaya!” tegas Tri Tamtomo, (07/07/2022) dikutip dari itoday.
Tri Tamtomo meminta semua pihak untuk tidak menggampangkan situasi dan informasi soal potensi konflik bersenjata, sehingga prajurit TNI terlena.
“Jangan kita menggampangkan situasi, menggampangkan informasi, sehingga prajurit terlena. Jangan! Ini sangat berbahaya. Karena tugas TNI adalah menjaga menyelamatkan bingkai NKRI dari segala bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam ataupun dari luar,” kata Tri Tamtomo.
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini mengingatkan efek negatif dari informasi yang memastikan tidak akan ada invasi militer ke Indonesia. Tri Tamtomo membeberkan kisah tragis konflik bersenjata Timor Timur pada 1975, sebagai akibat dari menggampangkan informasi.
“Ketika di pengakhiran pendidikan setelah sarcab (dasar kecabangan) angkatan 1974, di depan forum perwira remaja letnan dua yang baru lulus, kami mendapat satu informasi dari petinggi ABRI saat itu, bahwa 20 tahun ke depan tidak akan terjadi peperangan, tidak mungkin terjadi konflik bersenjata. Tetapi, Desember 1975 kami ditugaskan masuk ke Timor Timur. Apa yang terjadi? Kita terlena! membaca cumemu (cuaca, medan, dan musuh) tidak siap, analisa faktor susunan bertempur musuh kita tidak paham. Apa yang terjadi? Berapa prajurit gugur,?” kenang Tri Tamtomo.
Informasi Intelijen yang Akurat
Secara tegas mantan Sekretaris Lemhanas ini meminta pihak yang memberikan informasi intelijen harus mengkaji dan mencermati analisa faktor lingkungan secara jeli dan teliti. Yang terjadi di Ukraina harus dicermati, demikian juga konflik militer yang pernah terjadi di negara lain harus dipelajari.
“Analisa faktor lingkungan harus ‘dipetani’ secara jeli dan teliti. Bagaimana dengan Ukraina? Bagaimana kita belajar dari pengalaman perang Yom Kippur. Berulang Mesir latihan penyeberangan di terusan Suez, sementara tentara Israel mengira ini latihan rutin biasa. Hingga akhirnya, pertahanan Israel di Bar Lev Line jebol disemprot dengan air. Di situ ada penerobosan,” beber Tri Tamtomo.
Terkait informasi intelijen soal potensi invasi negara lain, Tri Tamtomo berharap Badan Intelijen Negara (BIN) memonitor dan mencermati apa yang terjadi di luar negeri, dengan segala implikasinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang bisa mempengaruhi stabilitas nasional.
“Ini menjadi tugas dari BIN, karena BIN selaku LKIN (Lembaga Koordinator Intelijen Negara) yang bertanggungjawab kepada presiden. Tolong menjadi satu pemikiran buat para petinggi intelijen, TNI, kepolisian dan lainnya. Kita berangkat dari UU 17/2011 tentang intelijen negara, hingga Peraturan Presiden 90/2012 tentang BIN,” kata Tri Tamtomo.
Lebih jauh Tri Tamtomo mengingatkan, invasi militer bisa terjadi pada setiap negara, terutama negara yang lemah. Invasi akan terjadi manakala negara tidak siap. Dalam hal ini, ketahanan nasional yang benar-benar mantap dan terkendali menjadi penentu.
“Yang terlihat secara kasat mata sudah lebih dari seratus hari, terkesan Ukraina terdadak. Kedua, kekuatan pengganda di negara tersebut tidak siap. Ketiga, logistik wilayah dalam rangka berlarut tidak mendukung. Ini tiga hal luar biasa yang tentunya harus menjadi kajian para pemandu, pemrakarsa, kementerian lembaga terkait, yang punya kepentingan dalam rangka menyiapkan hal itu,” terang Tri Tamtomo.
Berkaca dari kondisi Ukraina, Tri Tamtomo meminta semua pihak mencermati kembali UU 23/2019 tentang Pertahanan Negara. Yakni, bagaimana seharusnya menyiapkan komponen utama, komponen pendukung, komponen cadangan, dan menyiapkan industri pertahanan yang mampu mensuport alat pertahanan keamanan bagi semua unsur.
“Postur TNI yang tergelar saat ini harus disiapkan dan diperkuat dengan alpalhankam (alat peralatan pertahanan dan keamanan) maupun balacad (komponen cadangan) yang ada. Harus diingat kembali amanat Bung Karno (Juni 1945): ‘negara akan stabil manakala tiga lapangan dikuasai. Yakni lapangan politik, ekonomi, dan militer’. Kedua, amanat Panglima Besar Sudirman: ‘Jaga rumah dan pekaranganmu, dan percaya kepada kemampuan sendiri’,” pungkas Tri Tamtomo.