Oligarki membuat cerita karangan sosok Satrio Piningit yang dicintai rakyat untuk menjadikannya sebagai presiden boneka.
“Oligarki segera membuat cerita karangan (cerita keluar dari pakem) memoles cerita untuk menghipnotis rakyat bahwa saat ini benar-benar akan lahir Satrio Piningit (Ratu Adil) yang akan jadi raja bijaksana,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (12/7/2022).
Oligarki yang sempurna membuat lakonnya bukan petruk jadi raja tetapi setan gundul jadi raja. “Makin lama permainan oligarki semakin menemukan momentumnya semua masuk dalam kendali sang dalang oligarki,” ungkapnya.
Sutoyo mengatakan, oligarki mengetahui sastra Jawa – Petruk jadi raja, masih hidup khususnya masyarakat Jawa. Dengan canggih memanipulasi proses politik Petruk jadi-jadian sebagai raja.
“Karangan tentang Ratu Adil khususnya di masyarakat Jawa mendatang akan tetap muncul dengan berbagai versi dan ragamnya,” papar Sutoyo.
Pemahaman dan persepsi masyarakat Jawa sebagian meyakini bahwa filosofi harapan Petruk jadi raja karena percaya bahwa Petruk itu sejatinya para dewa .
“Filosofi ini sejatinya membela rakyat kecil, artinya jangan main-main dengan rakyat kecil. Dalam konteks kekuasaan, lakon Petruk Dadi Ratu ini adalah sebuah carangan (cerita tambahan yang keluar dari pakem) dalam menghadapi persoalan-persoalan kekuasaan yang makin otoriter, tirani dan diktator,” jelas Sutoyo.
Kata Sutoyo, lakon Petruk jadi Raja itu sindiran terhadap kekuasaan tentang bagaimana jika rakyat kembali menarik mandat dari penguasa yang tidak amanah. Untuk mendobrak kemandekan, mendobrak ketidak adilan dan kezaliman.
“Dalam konteks politik kiwari, misalnya, dominasi oligarki mesti didobrak oleh rakyat agar kekuasaan tidak disalah gunakan dan hanya sebagai budak oligarki. Rakyat harus dijaga dari cerita karangan oligarki jilid selanjutnya, pada saat ini, jangan sampai terlena, tertipu dan terjerembab pada lubang yang sama,” tegasnya.
Pemilu 2014 dan 2019 menyisakan tipuan oleh oligarki yang bengis. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman (saat itu) mengungkap jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 lalu, ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.
“Kalau pemilu / pilpres 2024 tetap dalam kendali oligarki, berapa lagi yang harus meninggal,” papar Sutoyo.
Saatnya rakyat menggugat, sebagai pemilik kedaulatan – turunkan setan gundul sebagai raja.
“Tata kembali negara ini sesuai amanah UUD 45 asli , agar negara bisa normal kembali – berburu waktu jangan sampai negara ini hancur gara gara raksasa oligarki,” pungkas Sutoyo.