Umat Islam harusnya memegang kendali negara ini agar Indonesia menjadi berkah dan membawa nama baik kelompok mayoritas.
“Umat Islam Indonesia yang mayoritas harus berperan maksimal dan memegang kendali negeri ini demi keberkahan umat dan keberhasilan transisi demokrasi di negeri ini,” kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sekaligus Ketua LKHI PP Muhammadiyah KH Muhyidin Junaidi ketika menjadi Khotib Shalat Idul Adha di Lapangan Sempur Kota Bogor, Sabtu (9/7/2022)
Kata Kiai Muhyiddin, demokrasi akan menjadi hampa dan kontra produktif jika tak dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan dan perbaikan ekonomi masyarakat.
“Posisi umat Islam yang mayoritas di negeri ini bisa mengalami pergeseran di masa mendatang jika kita terlena dengan buaian indah dan enggan untuk melakukan perubahan mindset secara drastis,” paparnya.
Ia mengatakan, statistik nasional satu dekade terakhir menyebutkan bahwa umat islam Indonesia mengalami
penurunan. Sementara penganut agama lain terus berkembang dengan pesat.
“Tak ada jaminan bahwa umat Islam akan tetap pada posisi mayoritas di negeri ini,” jelas Kiai Muhyiddin.
Ia mengatakan, pujian dan sanjungan kepada Indonesia sebagai umat Islam terbesar di dunia harus diimbangi dengan peningkatan kualitas agar peran umat Islam dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Begitu juga pujian sebagai negara demokrasi ketiga terbesar dunia seyogyanya disikapi dengan penuh kedewasaan. Demokrasi tak punya arti jika rakyat masih tetap hidup sengsara, tertekan dan tetap di bawah kendali kekuatan asing,” tegas Kiai Muhyiddin.
Umat Islam Indonesia dituntut untuk meningkatkan kualitas mereka sehingga bisa memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi bangsa dan negara.
“Peningkatan daya tahan adalah sebuah keniscayaan khususnya dalam menyongsong era pasar bebas Asean tahun 2015 di mana arus masuk dan keluarnya produk dari kawasan tak bisa dibatasi lagi. Keunggulan komparatif harus menjadi basis dan modal utama untuk menghindari diri dari keterpurukan,” pungkas Kiai Muhyiddin.