Ada kekhawatiran munculnya kemarahan rakyat setelah sinyal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) harga pertalite naik.
“Kalau harga pertalite naik, saya mengkhawatirkan ada kemarahan rakyat mirip di Sri Lanka,” kata Aktivis Malari 74 Salim Hutadjulu kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (24/5/2022).
Menurut Salim, kenaikan pertalite membuat rakyat makin susah karena berdampak kenaikan harga kebutuhan pokok. “Rakyat banyak yang nganggur, pendapatan berkurang justru pertalite ada sinyal naik. Ini makin membuat rakyat tidak simpati ke Jokowi,” jelasnya.
Menurut tahanan politik era Soeharto, tugas negara memberikan subsidi kepada rakyat. “Anggaran IKN yang sangat tinggi tidak perlu dan lebih baik diarahkan ke rakyat,” papar Salim.
Salim mengatakan, kondisi ekonomi ditambah ketidakadilan membuat kemarahan rakyat. “Walaupun pemerintah mempunyai anggota TNI/Polri, kalau rakyat sudah marah tidak bisa dibendung,” jelasnya.
Presiden Jokowi mengatakan upaya pemerintah untuk menahan harga komoditas energi seperti bahan bakar minyak (BBM) cukup berat.
Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Jerman, harga BBM di Indonesia masih tergolong murah. Di Singapura harga bensin mencapai Rp27 ribu per liter. Sedangkan di Jerman, harga BBM mencapai Rp31 ribu per liter.
“Kita ini Pertalite Rp7.650 (per liter), Pertamax Rp12.500 (per liter). Negara lain sudah jauh sekali. Kenapa harga kita masih seperti ini ? Karena kita tahan terus, tapi subsidi makin besar. Sampai kapan kita begini ? Ini PR kita semua, menahan harga itu berat,” kata Jokowi dalam acara Evaluasi Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, Selasa (24/5/2022).