Semoga Kunjungan Presiden ke Luar Negeri yang Terakhir

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Soekarno atau akrab disapa Bung Karno membuat gempar dunia pada Sidang Umum PBB 30 September 1960. Ia menyampaikan pidato yang berjudul To Build the World A New atau Membangun Dunia Kembali.

Salah satu pidato yang membuat bergidik adalah tentang perlawanannya terhadap PBB, Amerika Serikat, dan Inggris. Persetan dengan PBB. Amerika kita setrika – Inggris kita linggis. Persetan dengan bantuan Amerika Serikat’ (go to hell with your aid).

Pada  20 Januari 1965 Bung karno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB, karena ketidak becusan PBB dalam menangani persoalan anggotanya termasuk konflik Indonesia-Malaysia.

Bung Karno  mengajak : “Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malaysia itu. Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu,” kata Sukarno saat Indonesia berkonfrontasi dengan di negara boneka bernama Malaysia.

“Ketika Indonesia keluar dari PBB pada 7 Januari 1964, salah satu alasan Bung Karno adalah, “Dengan PBB hanya  menguntungkan Israel dan merugikan negara Arab (termasuk Palestina), PBB nyata-nyata menguntungkan imperialisme dan merugikan kemerdekaan bangsa-bangsa.”

Bagi sebagian kepala negara, langkah Bung Karno keluar dari PBB dianggap nekat. Tapi Bung Karno membuktikan jika Indonesia mampu berdikari – bangsa yang sejajar dengan bangsa bangsa lainnya di dunia.

Gambaran di atas adalah bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin besar dengan kecerdasan, negarawan dan keberanian demi wibawa, kebesaran dan  harga diri bangsa Indonesia.

Sikap keras dan tegas Bung Karno, bangsa Indonesia justru diperhitungkan oleh negara negara lain di dunia. Bahkan sekalipun Amerika dikecam dan akan dilawan oleh Bung Karno, Wakil Presiden Amerika Serikat Richard Milhous Nixon, sempat membandingkan  antara Bapak Bangsa Indonesia ( Soekarno ) itu dengan Bapak Bangsa Amerika, George Washington.

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, silih berganti Presiden sampailah pada masa negara dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke Washington DC, Amerika Serikat (AS), dalam rangka menghadiri ASEAN-US Special Summit atau KTT ASEAN-AS. Tak ada penyambutan oleh pejabat AS saat Jokowi tiba di Washington.

Kemenlu minta hal tersebut tidak perlu dirisaukan. Bagaimana rakyat tidak risau ketika menyaksikan Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah dan kepala negara lainnya  justru disambut hangat oleh para petinggi Amerika.

Beredar luas di media sosial Presiden Jokowi saat bicara dengan mitranya tidak menatap wajah lawannya. Macam macam penafsiran dimedia sosial, ada gangguan apa pada Presiden Jokowi.

Kita tidak perlu buru buru menuduh tidak sopan, karena saat tidak mau menatap wajah lawan bicara seringkali otak  lebih dipakai untuk mencari kata-kata dari pada untuk memerhatikan dan menatap wajah lawan berbicara. Jika dipaksa untuk menatap orang itu, biasanya akan kesulitan berbicara ada kesulitan memilih kata-kata yang tepat sehingga apa yang kita bicarakan jadi tidak jelas, bisa berakibat fatal.

Berbeda pada saat mendengarkan, lawan bicara dengan menatap lawan bicara. Karena otak  sudah siap dan fokus menatapnya tanpa harus memikirkan kata-kata yang tepat. Jadi tidak perlu merasa bersalah ketika menatap mata orang saat sedang berbicara.

Walaupun demikian sangat sulit untuk tidak dikatakan Presiden memiliki kelemahan dan kelemahan tersebut sangat terlihat bahwa Presiden kita belum sepenuhnya siap  berbicara dengan teman mitranya di forum internasional.

Tiba tiba semua kita dikejutkan ketika Presiden RI Joko Widodo bertemu dengan CEO Tesla Inc, sekaligus pendiri Space X, Elon Musk di Boca Chica, Amerika Serikat (AS), Sabtu (14/5/2022). Yang hanya memakai kaos hitam tampak lancar disertai ketawa riang dan lepas.

Masyarakat kembali melontarkan kritik, lazimnya  pengusaha Elon Musk untuk mengembangkan bisnisnya selalu meminta waktu kepada Presiden suatu negara. Contoh ketika ketemu Presiden Edogan dia berpakai tapi dan lengkap berdasi dengan sikap hati hati di depan Presiden.

Kilas balik dengan Presiden Soekarno pasti masyarakat akan marah kalau membandingkan Presiden Soekarno dengan Presiden Jokowi. Sekilas gambaran diatas diatas adalah betapa lemah Presiden kita di kancah pergaulan dunia. Sadar atau tidak saat melakukan kunjungan kerja keluar negeri, rakyat sering merasa was was karena Presiden Jokowi seperti belum siap dan  tidak menyadari  melekat dalam diri Presiden adalah atas nama rakyat Indonesia, wibawa  harga diri bangsa harus dijaga.

Kita  tidak perlu membanding bandingkan dengan Presiden sebelumnya sangat terasa tidak pada tempatnya untuk kemampuan cara berdiplomasi dan menjaga wibawa   bangsa dan negaranya di kancah pergaulan internasional.

Kunjungan kerja Presiden ke luar negeri bukan bermaksud wisata tetapi atas nama bangsa dan harga diri negara menjadi pertaruhan yang harus dijaga. Di sisa waktu masa jabatannya semoga ini kunjungan ke luar negeri yang terakhir.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News