Ketika Sang Rektor Klarifikasi Usai Timbulkan Kegaduhan

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Suasana Idul Fitri kali ini terasa sedikit kurang kondusif, menyusul unggahan di Twitter yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) oleh Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santoso Purwokartiko yang menyebut perempuan berhijab “manusia gurun”.

Terlepas Sang Rektor telah membuat klarifikasi atau pembenaran atas pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk cuitan di media sosial, wajar jika terus bergulir berbagai pernyataan yang bersifat hujatan dari yang halus hingga kasar bahkan sampai dengan ada tuntutan hukum akibat ulah Sang Rektor.

Wajar pula, jika ada yang beristighfar menanggapi cuitan Sang Rektor. Selain istighfar, tentunya wajar pula jika ada yang mengucapkan ‘Alhamdulillah’ atas cuitan Sang Rektor karena dengan izin-Nya pula Allah SWT telah menampakkan kepada kita jenis-jenis sosok manusia yang mengidap atau telah terpapar virus Islamofobia. Melalui perkataan mereka yang tuangkan dalam bentuk cuitan di Twitter merupakan kebencian yang nyata dari mereka, sedangkan yang tersembunyi dalam hati mereka itu lebih besar lagi (QS. Ali Imran, 3:118).

Golongan manusia yang terpapar virus Islamofobia masih beruntung bisa hidup di negeri ini, yang terkesan di negeri ini pula virus yang satu ini dibiarkan menyebar meracuni ummat tidak sebagaimana menghadapi penyebaran virus covid-19. Padahal virus yang satu ini lebih berbahaya daripada virus covid-19 karena patut diduga menyangkut syariat Islam yang dilecehkan.

Tindakan klarifikasi Sang Rektor hanya sebagai tindakan meredam “Test The Water”nya setelah timbul riak gelombang atau kegaduhan yang berupa hujatan dan lain sebagainya. Tak menutup kemungkinan jika tak ada tindakan hukum yang pasti dari kasus ini, dikhawatirkan akan bisa timbul kembali bentuk-bentuk pelecehan syariat Islam dengan berbagai macam bentuknya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News