Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, didampingi putranya Didit Hadiprasetyo bertemu Presiden RI Joko Widodo di Istana Gedung Agung Jogyakarta pada lebaran Idul Fitri hari pertama, Senin siang (2/5). Usai bertemu Jokowi, Prabowo bahkan langsung kembali ke Jakarta dan bertemu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri di kediaman Presiden ke-5 RI itu, Jalan Teuku Umar Jakarta Pusat.
Pertemuan Menhan dengan presiden dan Ketua Umum PDIP itu sontak mengundang berbagai spekulasi di tengah suhu politik Indonesia yang terus memanas. Sejumlah orang bahkan mengait-ngaitkan pertemuan ketiga tokoh itu dengan berbagai isu yang berkembang akhir-akhir ini. Dari rencana pertemuan pemimpin dunia di G-20 dimana Indonesia menjadi tuan rumah hingga suksesi kepemimpinan nasional.
Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak), Lieus Sungkharisma menyebut wajar saja bila macam-macam spekulasi muncul atas pertemuan ketiga tokoh tersebut di lebaran pertama 2022 itu.
“Meski pak Prabowo mengaku pertemuannya dengan Presiden Jokowi cuma bersilaturrahmi dan berbincang ringan sambil makan bakso, opor dan tempe bacem, tapi kita tidak bisa menutup munculnya macam-macam anggapan atas apa yang tersembunyi di balik pertemuan itu,” ujar Lieus.
Pasalnya, kata Lieus, apa yang berlangsung di Jogya itu bukan hal yang biasa. “Selama ini Presiden Jokowi selalu berlebaran dan menerima kunjungan para menteri di Jakarta dan di kediamannya di Solo. Tapi kini dia malah sholat Ied dan berlebaran di Jogya. Ditambah pula, hanya Menhan Prabowo Subianto yang diterimanya di hari lebaran pertama itu. Tentu ini pasti ada apa-apanya,” ujar Lieus.
Tambahan lagi, kata Lieus, usai bertemu Presiden Jokowi, Prabowo langsung terbang ke Jakarta dan bertemu Megawati Soekarnoputri. “Menurut saya ini hal yang tidak biasa. Apalagi jika dikaitkan dengan pernyataan mantan Kepala BIN, Syamsir Siregar yang meminta masyarakat memperhatikan situasi setelah lebaran,” jelas Lieus.
Sama dengan kunjungannya ke Presiden Jokowi, Prabowo juga mengaku kedatangannya ke kediaman Megawati adalah untuk bersilaturrahmi dalam rangka lebaran Idul Fitri.
Lieus menengarai pasti ada agenda amat serius yang dibicarakan ketiga tokoh tersebut di balik silaturrahmi Idul Fitri tersebut. “Semoga yang dibicarakan mereka menyangkut hajat hidup rakyat dan terkait dengan hal-hal penting terkait kehidupan berbangsa dan bernegara,” harap Lieus.
Apalagi, tambah Lieus, Prabowo Subianto sendiri hanya mengatakan dirinya dan Presiden Joko Widodo optimistis menghadapi tahun yang akan datang tanpa menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan optimistis itu.
Disinggung apa bentuk riil dari harapannya itu, Lieus mencontohkan sejumlah isu dan kegaduhan politik yang berkembang akhir-akhir ini. “Ya, dari soal kenaikan harga-harga sampai reshufle menteri dan pembantu presiden yang suka buat gaduh itu,” katanya.
“Sudah saatnya Presiden Jokowi bertindak tegas terhadap para menteri dan pembantunya yang suka out of job. Presiden Jokowi harus mereshufle menteri dan pembantunya yang suka melontarkan pernyataan-pernyataan yang membuat gaduh di masyarakat,” tegas Lieus.
Lebih lanjut Lieus menyebut, ada banyak spekulasi yang berkembang karena situasi politik saat ini. “Saya yakin, pertemuan Menhan Prabowo dengan Presiden Jokowi dan Ketum PDIP itu tidak lepas dari situasi tersebut. Apalagi jika dikaitkan dengan pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut kondisi negara sangat mengerikan akibat pembelahan di tengah masyarakat hingga Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat di masa datang,” katanya.
“Bahkan sampai-sampai politisi PDIP, Ruhut Sitompul meminta pasukan elit Kopassus turun tangan untuk melindungi Presiden Jokowi Widodo. Jadi pertemuan ketiga tokoh ini pasti bukan silaturrahmi biasa,” tegas Lieus.