Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Rezim ini sangat membenci umat Islam. Islamophobia terjadi dalam bentuk represif berjalan sangat masif di luar akal normal. Padahal umat Islam dengan pengorbanannya adalah pemilik saham terbesar untuk Indonesia lepas dari penjajahan, dan sampailah Indonesia merdeka.
Penyerang Islamophobia di Indonesia justru terus kamuflase berlindung mengaku paling Pancasilais – di balik ingin menghancurkan umat Islam dan mengganti Pancasila
Umat islam dengan tuduhan radikal, intoleran bahkan menjadi menu santapan sebagai teroris, hanya sebuah penalaran yang nampak sangat logis dan rasional, padahal semua itu hanyalah upaya mencari pembenaran atas rencana jahat ingin melemahkan dan menghancurkan umat Islam.
Kalaulah penguasa bisa menghancurkan umat Islam rekayasa Belanda dengan Snouck Hurgronje jauh lebih canggih, toh semua sia sia. Basis kekuatan pesantren di Indonesia tidak akan bisa dihancurkan oleh siapapun dengan cara apapun.
Rezim harus belajar sejarah bahwa ide dan pesanan dari kekuatan tertentu, adalah ide dan rencana yang tidak akan berhasil. Kalau Islamphobia terus berlanjut pasti akan menyerang balik rezim yang minim dari belajar nilai kearifan sejarah.
Perilaku rezim yang aneh dan konyol ini semestinya tidak terjadi, seharusnya hadir pikiran jernih menyatukan kekuatan umat Islam bersama membangun negara ini, yang terjadi justru kegaduhan, perpecahan dan adudomba.
Sejarah sudah membuktikan bahwa otak awal munculnya ide dan rekayasa ingin melemahkan dan menganhancurkan Umat Islam dipastikan bersumber dari PKI ( komunis ), sinyal ini adalah cara PKI ingin hidup dan bangkit kembali, bentuknya sangat khas menghalalkan segala cara, dan selalu menggunakan orgumen yang berlawanan dengan akal sehat untuk melampiaskan balas dendamnya kepada umat Islam.
Kebencian rezim kepada umat Islam berubah menjadi kesesatan pikir yang mewabah akhir akhir ini dalam bentuk konfirmasi bias. Dendam kusumat PKI juga kepada TNI khususnya Angkatan Darat. Hanya untuk melawan TNI saat ini sangat canggih melalui infiltrasi dari dalam tubuh TNI.
Arah politik Islamophobia dari Presiden yang minim kapasitas khususnya tentang sejarah bahaya akan kebangkitan PKI. Semua memiliki benang merah dengan kekuatan kapitalis oligarki dan faham komunis china.
Mereka telah berhasil mengubah UUD 45 menjadi UUD 2002 dengan segala perubahannya, dampak ikutan kerusakannya saat ini sudah sangat dirasakan. Maka lahirlah tuntutan rakyat agar kembali ke UUD 45 asli.
Untuk mengembalikan good judgment (penilaian yang jernih), khususnya untuk hal-hal yang kontroversial, tidak terlalu membutuhkan kepintaran atau analisa yang canggih, tapi lebih membutuhkan kecakapan tentang sejarah, arah dan tujuan negara dengan sikap kedewasaan, dan negarawan seorang Presiden
Menapaki, melihat dan mencermati kapasitas yang dibawah minimalis sebagai seorang Presiden saat ini, ditengarai sangat sulit untuk di perbaiki. Apalagi sifat minimalis tersebut dilengkapi dengan sifat pembohong yang tidak pernah disadari bahwa itu berbahaya buat dirinya dan berimbas pada negara dalam bahaya dikelola dengan cara suka suka tanpa arah dan pakem konstitusi UUD 45 dan Pancasila.
Umat Islam tidak akan menjadi pengekor rezim yang zalim
sebuah perumpamaan yang paling hodoh bagi si pengampu dan pengekor yang bodoh: “Seperti buruknya perangai seekor anjing yang ekornya terpalit tahi, tetapi lidahnya terjulur dan terjelir nak mengampu”.
Albert Einstein (1879-1955), mengatakan : “Saya memahami bahwa kaum muslimin melakukan itu semua karena kecerdasan dan kesadaran mereka, sesuatu yang tidak mungkin mampu dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Dalam Islam ada kekuatan dan hikmah yang akan membawa kepada kedamaian.”
Bangsa Barat & Timur yang telah maju justru “sangat Islami” dari segi modal kesalehan sosial . Walau sekuler atau berdasarkan tradisi bangsanya (penelitian Rehman – Askari tentang “Keberislaman Negara-negara” dari George Washington University).
Kebencian rezim kepada Umat Islam dalam bentuk Islamphobia – kalau rezim tidak segera dan secepatnya menyadari hal ini dipastikan akan berubah menjadi arus besar perlawanan umat Islam kepada penguasa sebagai manifestasi membela diri dan dengan niat untuk menyelamatkan Indonesia.