Hegemoni China di Indonesia pada era Joko Widodo (Jokowi) sangat besar dengan masuknya tenaga kasar asal negeri Tirai Bambu itu.
“Hegemoni atau pengaruh negara China di Indonesia saat ini sangat besar. Tidak mungkin rezim sampai tidak tahu ancaman serius ini,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (28/4/2022).
Ancaman itu terlihat dengan mata telanjang, ketika penduduk China berbondong – bondong datang ke Indonesia dan menguasai beberapa sektor penting. Bahkan, rezim ini melihat hal itu seakan sengaja dibiarkan oleh pemerintah dengan motif investasi dan motif tertentu lainnya dari para oligarki.
“Cara dan ambisi China dalam menguasai sebuah negara seperti Xinjiang, Mongolia, Tibet dan negara lainnya yang terlilit utang China. Awalnya seolah beri bantuan, bangun infrastruktur dengan skema turn-key project. Dan pemberian hutang tanpa kendali – dan China mengetahui negara tersebut akhirnya tidak akan mampu mengembalikan utang utangnya,” papar Sutoyo.
Sutoyo mengatakan, proyek China diketahui atas kendali proyek OBOR (One Belt One Road) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI). Dalam skema proyek tersebut, tidak akan tarik kembali kembali tenaga kerja China yang telah dilepas ke negara lain menyertai dan berlindung dengan proyek proyek investasi yang sarat politik aneksasi. Dengan tugas militer, setelah cukup waktu dan kuat, baru negara tersebut direbut dan dikuasai.
Keberadaan tenaga kerja China di berbagai negara yang akan dan sudah melakukan aneksasi mirip terjadi di Indonesia. Cara tersebut sangat mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Pertanyaannya besar kenapa negara seperti melakukan pembiaran seolah sudah tunduk terhadap kehadiran penjajah kolonial baru.
“Saat ini tak ada lagi kewaspadaan nasional bangsa kita. Ancaman komunis sudah masuk hampir ke seluruh sendi bernegara Indonesia. ancaman komunis itu bukan kebangkitan lagi, tapi sudah masuk hampir ke seluruh sendi bernegara kita,” pungkas Sutoyo.