Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Jenderal Merah yang dominan sebagai kakak pembina Buzer benar benar menyepelekan ingatan dan kesabaran masyarakat menahan diri. Khususnya Umat Islam terlalu sabar dihantam,. dituduh dan dihasut dari segala penjuru oleh rezim Oligarki via tangan – mulut dan polah Buzer.
“Yang menghasut bukan ulama, Buzerlah yang menghasut dengan caci maki dan fitnah” Buzer adalah binaan para Herder yang kolaborasi dengan Peking (kolonialisme baru) terus membuat gaduh dan memecah belah bangsa ini dengan jargon jargon songong dan mengaum seperti anjing Peking. Buzer bayaran dimainkan seperi orang kesurupan ketika berhadapan dengan akal sehat.
Umat Islam semakin paham negara dalam genggaman para Herder Jendral Merah dan Oligarki Politik ( Badut Politik ) – Oligargi Ekonomi ( Bandar Politik ) dan Oligarki Sosial ( Bandit Politik ).
Kondisi kekacauan di perluas dengan tendensi kekuasan “timokrasi” (kekuasaan gila popularitas), tata kelola negara, bahkan di tengah ancaman wabah, cenderung mengedepankan proyek mercusuar dan kehebatan permukaan ketimbang meringankan derita rakyat krn aneka impitan. “Ya Indonesia sudah berubah menjadi “negara panggung” alias theater state” . Simbolisme, persepi, narasi dan drama lebih penting ketimbang realitas.
Diri sejati kesadaran negara adalah adalah kepentingan rakyat ( keadilan, kesejahteraan, ketenangan , kedamaian dan keamanan rakyat (sebagai rooh absolut negara), keluar dari diri sendiri & berjuang untuk sesuatu yang lebih (natus sum), Tuhan YME/ Allah Swt. “Ad maiora natus sum – Aku hidup untuk sesuatu yang lebih”. yang suaranya adalah suara Tuhan & kepentingan kemaslahatan umumnya adalah hukum tertinggi (Vox populi vox Dei, salus populi suprema lex).
Yang terjadi hukum negara sudah diambil alih oleh hukum kekuasaan dan Apabila rakyat tak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan apabila omongan penguasa tidak boleh dibantah dengan kebenaran itu artiya negara terancam.
Hukum berjalan “Suka Suka Penguasa”. Sampailah pada cerita Ade Armando, sejak 2015 yang bersangkutan sudah membuat masalah pelecehan, penodaan agama dan penghinaan kepada khususnya Umat Islam. Bergelombang rakyat mengadukan yang bersangkutan ke pihak berwajib dan status tersangka sejak 2017 telah di sandangnya.
Semua kandas, semua menguap dan Ade Armando. Buzer terus dan makin menggila karena merasa terlindung oleh para Herder kekuasaan.
Tiba waktunya di arena demo mahasiswa yang Ade Armando kena pukul dan ditelanjangi massa. Di luar dugaan aparat keamanan begitu gesit dan cepat bertindak melindungi dan akan memproses hukum bagi masa yang telah menganiaya Ade Armando.
Para kakak pembina (nota bene penguasa) tidak kalah gesit berbusa busa pers release melakukan pembelaan bahkan tersirat menempatkan Ade Armando sebagai pahlawan dan pihak yang menyerang langsung kena stigma pelanggaran HAM.
Para penguasa sadar atau tidak sadar telah membuka Kotak Pandora, lahar panas akan meluap. Bagi sebagian umat Islam jangankan di siksa di bunuhpun darahnya halal.
Yang akan menjadi lahar panas adalah lahar keadilan akan menerjang penguasa, mencuat kembali tuntutan keadilan 5 laskar FPI yang dibunuh dengan sadis tanpa keadilan. 50 orang meninggal karena sejak 2019 tragedi politik menguap begitu saja.
“Tuntutan keadilan adalah titik picu akan melahirkan gelombang demo besar dan bertemu dengan lahar betapa rakusnya Oligargi berbuat kerusakan negara dengan macam macam bentuknya dengan pongahnya merasa memiliki kuasa yang full telah bisa mengendalikan Presiden, DPR dan lembaga pengadilan dalam genggamannya”.
Tipuan Dan Kebohongan Politisi Busuk dan Buzer bayaran akan berahir. Rakyat bagaikan lahar panas akan bangkit melawan. Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun penguasa tidak jujur, kebohongan, tirani bahkan otoriter mulai melekat menjadi tabiatnya sulit untuk diperbaiki – jalan keluarnya harus di tumbangkan.