Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Menarik ketika kita sedang dialog ringan bagaimana mengatasi kekacauan dan kezaliman negara ini tiba tiba muncul tulisan dari Prof. Suteki Islam tidak mengajarkan kudeta.
Islam tidak mengajarkan kudeta, jawabnya YA – tetapi mewajibkan Jihad Qital manusia selalu beralasan hanya karena takut dengan kematian. Justru kewajiban Jihad Qital dan kalau mati itu pintumu untuk kembali kepada pemilik nyawa dengan aman.
“Walaupun sudah mengetahui kita pasti akan meninggal kelak, kita menganggap semua orang lain akan meninggal lebih dulu sedang kita yang terakhir. Kematian nampaknya masih lama . Bukanlah itu cara berpikir yang dangkal. Cara berpikir seperti itu sungguh sia sia , hanya lelucon dalam sebuah mimpi. Berhubung kematian selalu mengendap di balik pintu , hendaknya kita melakukan upaya yang memadai, bertindak dan berbuat kebaikan dengan cepat.
Tidak ada ahli tasawuf berdoa minta panjang umur, mereka selalu meminta matikan saya sekiranya saat itu sudah kayak untuk kembali kehadapan Mu. Jangan panjangkan umur kalau hanya membuat celaka dalam hidup ini dan ketika saat mati dalam keadaan durhaka kepada Mu.
Penyakit Wahn (takut mati dan cinta dunia) inilah yang membuat Umat Islam kocar kacir mengahadapi kezaliman.
Pancasila dan UUD 45 sudah dibuang esensinya itu Jihad Qital untuk Indonesia. Para pendiri bangsa itu adalah ahli tasawuf terpikir oleh mereka adalah kebaikan negara untuk semua, dalam kebhinekaan. “Tidak ada sama sekali berjuang untuk kepentingan perut dan kelaminnya”.
Jihad Qital adalah mengembalikan negara sesuai tujuan Pembukaan UUD 45. Kembali ke UUD 45 asli adalah misi suci. Untuk Indonesia bisa kembali hidup normal dalam kebhinekaan. Sejarah sudah membuktikan menyimpang dari Pancasila dan UUD 45 Indonesia negara berantakan. Mengubah Pancasila dan UUD 45 asli itu bukan kitab suci maka tidak tabu untuk di ubah atau di amandemem, dugaan kuat itu pikiran PKI.
Situasi negara sedang kacau, untuk kembali normal, saat ini butuh aksi dan perlawanan. Jendral yang bijaksana tidak membakukan segalanya secara kaku, selalu mempertahankan kemampuan untuk mengorganisasikan pasukannya menurut waktu dan kebutuhan yang berubah-ubah.
Teori teori dari para cendekiawan /ilmuwan dibutuhkan saat merencanakan tetapi harus cepat dalam melaksanakan tindakan. Kehidupan adalah perang melawan itikad buruk manusia. Qui desiderat pacem, praeparet bellum ( barang siapa menginginkan perdamaian ia harus siap perang ).
Saya tidak pernah membaca tulisan strategi …ketika kita bertempur kita tidak membawa serta buku apapun ( Mao Tse-Tung ) . Membatasi strategi yang itu itu saja tidak selalu perlu. “Kalau mampu beradaptasi terhadap keadaan, kita lebih dapat melepaskan diri dari bahaya”,
Prinsip Jendral besar Jenderal Sudirman saat perang sangat luwes mengikuti keadaan yang ada dan terjadi – berjuang jiwa raga dan nyawa hanya untuk negara.
Ada pendapat situasi kondisi saat ini Jokowi harus diturunkan – pintu masuk tinggal People Power atau Revolusi. Alam telah memutuskan bahwa apa yang tidak sanggup membela diri takkan di bela. Satu pahlawan di depan lebih mulia dari pada seribu cendekiawan yang bergulat teori yang sulit mendarat dan hanya tetap ditempat.
Kaum intelektual memiliki sifat altruistik yang senantiasa memburu kebenaran demi kemaslahatan bersama, dan menjadi pencipta bahasa dalam menyampaikan yang benar kepada penguasa, dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. (Edward Said, 1996).
Prediksi politik kalau tahun 2022 keadaan Indonesia belum bisa di normalkan – para bandit negara dan oligarki akan semakin kuat dan negara akan makin cepat menuju kehancurannya bahkan bukan mustahil akan hilang dari peta dunia.