Luhut Binsar Pandjaitan menyebarkan hoaks atas klaimnya memiliki big data rakyat menginginkan Pemilu 2024 ditunda.
Demikian dikatakan pengamat seniman politik Mustari atau biasa dipanggil Si Bangsat Kalem (SBK) kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (12/3/2022). “Mayoritas pengguna Twitter menolak Pemilu 2024 ditunda,” ungkapnya.
Kata SBK, Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi mempertanyakan big data yang diklaim Luhut. “Berdasarkan data dari Ismail Fahmi, hampir mayoritas pengguna media sosial menolak Pemilu 2024 ditunda,” jelas SBK.
Pernyataan Luhut mengklaim miliki miliki big data rakyat ingin pemilu 2024 ditunda sama dengan pernyataan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). “Sangat terlihat dalang yang menginginkan Pemilu 2024 ditunda itu Luhut,” paparnya.
Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengaku memiliki data dari rakyat Indonesia yang menginginkan agar Pemilu 2024 ditunda pelaksanaanya. Sehingga wacana penundaan Pemilu 2024 bedasarkan suara dari rakyat Indonesia.
“Kita kan punya big data, dari big data itu 110 juta itu macam-macam dari Facebook dan segala macam, karena orang main Twitter kira-kira 110 juta,” kata Luhut.
Luhut menuturkan, dari big data tersebut masyarakat kelas menengah ke bawah menginginkan tidak ingin adanya kegaduhan politik di Indonesia akibat Pemilu 2024. Bahkan masyarakat takut adanya pembelahan, seperti di Pilpres 2019 lalu yang muncul ‘kecebong’ dan ‘kampret’.
Bahkan Luhut mengungkapkan dari big data tersebut masyarakat juga tidak ingin Indonesia dalam keadaan susah akibat pandemi Covid-19, namun malah menghaburkan uang demi penyelenggaran Pemilu 2024.
Pasalnya menurut Luhut, Pemilu dan Pilkada serentak 2024 bisa menghabiskan anggaran negara sebesar Rp 110 triliun. Karena itu, Luhut megatakan seharusnya partai-partai politik bisa menangkap aspirasi dari masyakat mengenai keenganan Pemilu 2024 itu diselenggarakan.