Perang Saudara di Depan Mata

Oleh: Sutoyo Abadi (Sekjen KAMI Lintas Provinsi)

Salah kelola negeri ini perang saudara bisa dan akan terjadi. Mencermati keadaan saat ini dan bagi siapapun yang masih menyimpan akal  “waras”, tentu akan merasa “miris”, melihat kondisi bangsa  saat ini,..

Bagaimana tidak, ditengah hiruk perang urat saraf  (psychological warfare/psywar) antar anak bangsa, telah  mengarah kepada “civil war” (perang saudara), Presiden seperti abai dan hanya bersikap silent in the midst of noise (hening ditengah-tengah  kegaduhan),

Menimbulkan pertanyaan, apakah Presiden ini penganut penganut teori Thomas Carlyle yg mengatakan “talk is silver, silence is gold, ( diam hanya karena ingin mendapat emas). Sementara dlm hal kepemimpinan  Martin Luther King Jr. mengatakan  hidup kita mulai berakhir saat kita daiam tentang hal-hal yg penting.

Di era Orde Baru, setiap mengatasi masalah serawan apapun dengan cara senyap dan selesai. Masyarakat tetap dalam kehidupan yang tenang. Di era Jokowi ada kesan kegaduhan dibuat yg masif – masyarakat di buat resah seolah olah kondisi tiba tiba gawat tanpa mengetahui ada apa – atau sedang terjadi apa sebenarnya.  Kesan rekayasa adu domba sangat sulit untuk dinafikan.

Masyarakat  sangat mudah menebak semua ini sengaja diciptakan, atau dibiarkan dalam rangka “diversion politic” ( pengalihan isue ), atas dugaan “kegagalan” dalam tatakelola bangsa dan negara, karena hampir semua parameter  kemajuan suatu bangsa bernilai minus.

Adanya pengalihan isue ini, seperti menu politik harian yang menjengkelkan, membosankan dan menjemukan. Apalagi setelah rezim ini memelihara atau beternak Buzzer.

Terjadinya  sekelompok manusia yg secara masif dan terstruktur, membuat gaduh dengan agitasi propaganda teologis, dimana stigma kadrun, keturunan arab, dan radikalis, teroris. Bagi umat Islam kondisi seperti ini sangat dirasakan,  seperti sebuah program kegaduhan  oligarki secara nasional.

Rezim kedodoran mengatasi KKB di Papua tiba tiba muncul pengalihan isu apel pasukan dengan cuap cuap narasi yang sudah dipeta dengan rapi bahwa radikalisme bergerak dalam hitungan menit, beberapa pesantren terpapar radikalisme dan terorisme perlu pemetaan masjid,  kewaspadaan yang tinggi, harus dihadapi apapun yang akan terjadi. Seperi besok akan terjadi kudeta atau perang sudah dimulai.

Bersamaan terjadinya kegaduhan benturan antar masyarakat ada sekelompok manusia yg seperti memiliki kekebalan hukum (immunity), setelah membuat gaduh, agitasi propaganda yang dibuatnya, diduga telah memenuhi delik formil maupun materil (strafbaar feit), dan  semua hal atas dugaan tindak pidana tersebut telah dilaporkan, sepi tindak lanjut atas laporan tersebut ,  tidak pernah tuntas diproses hingga pengadilan. Terus menerus di pertontonkan dengan fulgar

Presiden sebelumnya, tidak pernah membiarkan kegaduhan terus menerus,  akibat konflik terjadi di masyarakat, kecuali Presiden Jokowi saat ini. Masyarakat mulai menebak nebak jangan jangan ini ada kaitannya dengan kapasitas Presiden yang minim dan memang di luar kemampuannya atau ada tujuan politik lain untuk menghancurkan Indonesia.

Setiap terjadinya kekacauan atas kebijakan pemerintah semisal tentang IKN – dugaan korupsi anak presiden, presidential Threshold dan maraknya masyarakat mengajukan gugatan baik ke MK atau KPK. Saat bersamaan hampir bisa dipastikan datang mengalihan isue berbentuk counter attack.

Dalam teori pengalihan isu, yang dikembangkan oleh Talcott Parson,  dlm teori ini Psikososiologis masyarakat dimanipulasi agar perhatian  terhadap isue lama beralih kedalam isue baru yg dianggap lebih menarik.

Lalai bahwa pengalihan isu dengan cara exstrim,  melalui agitasi propaganda , yang dilakukan oleh kelompok manusia, menjadi causalitas, akan mantul balik perlawanan dari  masyarakat, terkadang juga dengan  tindakan yang sama. Terjadilah psywar diantara anak bangsa,  propaganda dilawan dengan propaganda, gangguan fisik akan dilawan dengan fisik.

Kalau kondisi seperti ini berubah menjadi perlawanan fisik akan melahirkan dua pilihan : rakyat akan melakukan perlawanan terhadap penguasa dan bisa terjadi menurut Prof Osman Raliby, akan menciptakan neraka, melalui  civil war (perang saudara), sesama anak bangsa.

Sinyal sinyal terjadinya  perang saudara sudah di depan mata. Tentu kita semua tidak menghendaki ini te jadi di negara kita.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News