by M Rizal Fadillah
Pelimpahan kasus Denny Siregar dari Polda Jawa Barat ke Polda Metro Jaya memberi harapan untuk lanjutan proses penanganan kasus pelanggaran UU ITE. Dasar pelimpahan adalah karena “locus delicti” cuitan atau postingan akun facebook Denny tanggal 27 Juni 2020 berada di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Pelapornya sendiri adalah Forum Mujahid Tasikmalaya.
Laporan berkenaan dengan tulisan panjang Denny Siregar yang berjudul “Adek2ku Calon Teroris yg Abang Sayang” disertai dengan foto santri-santri cilik Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Ilmi Tasikmalaya. Pihak Polda Metro Jaya berjanji akan menindaklanjuti secara profesional “Kami akan menangani secara profesional. Sekarang masih dilakukan pendalaman oleh Penyidik”.
Rupanya cukup lama kasus ini mengendap dan Denny Siregar pun masih terus gencar berkoar-koar mereprensentasi karakter buzzer dengan mengecilkan arti laporan kasusnya. Apalagi proses pemeriksaan kasus ini ternyata merayap bahkan tiarap tidak bergerak. Tidak jelas sudah berapa saksi yang telah diminta keterangan apakah saksi ahli atau saksi fakta.
Jika proses berlanjut dan Denny sendiri diperiksa, maka ini artinya ada “political will” yang berubah. Faktor kemungkinannya dapat beragam apakah kebijakan Kapolri baru yang lebih tegas, keseimbangan tindakan antara “Islam” dan “buzzer istana”, atau ada konfigurasi baru dalam pertarungan “inner circle”.
Apapun itu, penanganan terhadap Denny Siregar dan sebelumnya, Hutahaean akan menjadi indikator penting. Apalagi jika Abu Janda atau Ade Armando ternyata ikut juga “dilibas”. Polisi membangun citra baru. Meredam pandangan buruk dari rakyat yaitu ketidakadilan, mempermainkan hukum, dan aparat negara yang bergeser menjadi aparat Pemerintah atau bahkan, aparat Presiden.
Meringkus Denny Siregar dalam kasus “Santri Calon Teroris” ini sangat mudah, yang sulit adalah Denny untuk sembunyi dan mengelak. Termasuk beralasan bahwa foto santri hanya sebagai ilustrasi. Penyidik tentu tidak bodoh. Rumusan delik akan terpenuhi dengan sempurna.
Denny masih mampukah bergaya ketika esok sudah berbaju oranye atau duduk sebagai pesakitan ?
Sadarkah para penikmat kekuasaan itu bahwa dunia ini berputar ? Kesombongan dipastikan berbalas kehinaan.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 15 Januari 2022