Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman patut diduga terpapar oligarki komunisme dengan membuat pernyataan Tuhan bukan orang Arab.
“Dari kelakuan dan pernyataan Kang Dudung patut diduga telah terpapar oligarki neo komunisme,” kata pakar pertahanan FKP2B Mayjen (Purn) Deddy S Budiman kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (3/1/2021).”Dudung membahayakan integritas TNI-AD, kemanunggalan TNI dan rakyat, serta membuat gaduh rakyat Indonesia,” jelasnya.
Kata Deddy, pernyataan dan kelakuan Dudung jangan dianggap enteng. “Dudung harus segera diserahkan ke polisi militer untuk diselesaikan secara hukum,” ungkap mantan staf ahli Panglima TNI.
Pernyataan dan tingkah laku Dudung sudah melampaui batas sebagai seorang prajurit TNI (sapta Marga, sumpah prajurit, dan delapan wajib TNI)
“Diorama Pak Harto dalam Penumpasan G30S PKI di Makostrad, dihancurkan Kang Dudung. Sementara Kang Dudung membuat Patung Bung Karno di Akmil Magelang,” jelas Deddy.
Pernyataan Dudung menganggap teroris KKP Papua sebagai saudara. Patut diduga pernyataan Dudung berikutnya silahkan Papua memisahkan diri dari NKRI.
“Pernyataan Dudung lainnya “belajar agama jangan terlalu dalam”, “Tuhan bukan orang Arab”. Ini menistakan agama. Patut diduga pernyataan Dudung berikutnya adalah PKI adalah budaya Nusantara,” pungkasnya.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigadir Jenderal (Brigjen) Tatang Subarna menjelaskan, yang dimaksud Jenderal Dudung adalah dampak terlalu mendalam mempelajari agama, tanpa adanya guru atau ustadz pembimbing yang ahli dalam ilmunya, lama-lama akan terjadi penyimpangan. Begitulah maksud KSAD dalam tausiyah tersebut.
“Itulah maksud yang disampaikan KSAD pada video yang ditayangkan di akun Youtube Dispenad pada saat memberikan kultum usai sholat Subuh bersama prajurit Kodam XVIII/Cenderawasih,” kata Tatang di Jakarta, Ahad (6/12).