Mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015, KH As’ad Said Ali, didorong untuk maju dalam sebagai Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 di Lampung.
Simpatisan Muda NU, Surya Fermana menyampaikan, Kiai kelahiran Kudus Jawa Tengah tersebut memiliki modal pengalaman yang cukup mumpuni untuk memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
Menurut dia, jika dipimpin oleh Kiai As’ad, peran NU dalam misi perdamaian di Timur Tengah akan lebih besar. Tidak hanya itu, Pemerintah juga akan lebih fokus pada agenda menyejahterakan rakyat. Sebab, relasi Kyai Asad dianggap luas sehingga akan lebih mudah membawa kemandirian di tubuh NU.
“Dengan modal pengalaman yang dimiliki dan style beliau yang tenang menyelesaikan masalah tanpa kegaduhan. Itu juga bagi pemerintah akan sangat bermanfaat karena ada tokoh Ormas yang menyejukan,” kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (17/12/2021).
Surya mengatakan, saat masih di Badan Intelijen Negara (BIN) sering bertugas ke Timur Tengah dalam misi membawa perdamaian dan mengatasi konflik. Di PBNU sendiri, Kiai lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut juga mampu menjalin hubungan cultural dengan Afghanistan.
“Kiai Asad bolak balik bertugas di Timur Tengah mempelajari dan mengurai konflik, mulai dari konflik Sunni-Syiah, Gerakan Wahabi Salafi-Ikhwanul Muslimin, konflik milisi di Libanon, perang Iran-Irak hingga konflik Palestina-Israel. Semua sisi beliau selami secara berimbang. Modal pengalaman di luar negeri beliau gunakan dalam mengatasi terorisme global yang terjadi di dalam negeri,” tandasnya.
Selanjutnya, lanjut Surya, dengan pengetahuan ideologi gerakan dan jaringan teror yang ada, Kiai As’ad diyakini akan mampu membawa NU melakukan serangkaian upaya deradikalisasi secara terukur.
“Tentang Palestina-Israel, teringat hiruk pikuk Muktamar NU yang diwarnai isu Palestina-Israel. Ada dua kubu mengambil dua sudut yang berbeda,” ungkapnya.