Menteri yang diduga berbisnis PCR dan vaksin harus segera dipecat dan ditangkap pihak aparat penegak hukum.
“Menteri yang diduga berbisnis PCR dan vaksin di tengah pandemi Covid-19 sangat menyakiti rakyat. Saya meminta menteri tersebut segera dipecat dan ditangkap,” kata Ketua Umum PPJNA 98 Anto Kusumayuda kepada www.suaranasional.com, Sabtu (6/11/2021).
Menurut Anto, menteri yang diduga berbisnis PCR dan vaksin meruntuhkan wibawa Presiden Jokowi. “Pemerintah ini harus bersih dari oligarki yang memanfaatkan pandemi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya” ungkapnya.
Kata Anto, rakyat Indonesia mendukung penuh Presiden Jokowi memecat menteri yang diduga berbisnis PCR serta vaksin. “Presiden Jokowi terpilih secara langsung oleh rakyat. Amanat ini menjadi modal kuat Jokowi membersihkan menteri yang diduga berbisnis PCR dan vaksin,” jelas alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Agustinus Edy Kristianto mengungkapkan sejumlah nama menteri terafiliasi dengan bisnis tes Covid-19 baik PCR maupun Antigen.
Melalui akun facebooknya, Edy menyebut sejumlah nama yakni Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN, Erick Thohir.
Kedua menteri ini diduga terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menegaskan, isu tersebut sangat tendensius. Arya pun memaparkan sejumlah data-data tes PCR di Indonesia.
“Isu bahwa Pak Erick bermain (bisnis) tes PCR itu isunya sangat tendensius,” ujar Arya kepada Wartawan, Selasa (2/11/2021).
Arya juga menjelaskan, salah satu pemegang saham GSI adalah Yayasan Adaro. Dimana, Adaro hanya memiliki saham sebesar 6 persen. Di lain sisi, yayasan tersebut merupakan yayasan kemanusiaan.
Kemudian, Erick Thohir sejak diamanahkan menjadi Menteri BUMN, tidak lagi aktif untuk mengurusi bisnis dalam yayasan tersebut.
Jadi sangat jauh lah dari keterlibatan atau dikaitkan dengan Pak Erick Thohir. Apalagi dikatakan main bisnis PCR jauh sekali.
“Jadi bayangkan, GSI itu hanya 2,5 persen melakukan tes PCR di Indonesia, setelah itu Yayasan kemanusiaan Adaronya hanya 6 persen. Jadi bisa dikatakan yayasan kemanusiaan Adaro ini sangat minim berperan di tes PCR,” tegas dia.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, membantah Luhut terlibat dalam bisnis tes PCR melalui perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).