Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Bagian Dua (Habis)
Ada pendapat sebagian kalangan. Perseteruan Jokowi dan Megawati settingan alias pura-pura.
Jokowi dan Megawati mana mungkin berseteru. Habitatnya sama. Merah-merah. Ujung-ujungnya hanya kompromi politik.
Banyak pula yang berpendapat lain. Perseteruan Jokowi dan Megawati itu fakta politik. Tidak bisa dipungkiri. Bagi-bagi kue kekuasaan yang tidak memuaskan salahsatu pihak. Terutama soal Jokowi memberi peran lebih pada LBP.
Tidak sedikit yang beranggapan Kepala Pemerintahan sekarang LBP. Walaupun konstitusi Indonesia tidak mengenal pemisahan Kepala Negara dengan Kepala Pemerintahan. Kenyataan sulit dipungkiri, LBP perannya sekarang layak disebut sebagai Kepala Pemerintahan. Tidak hanya mengurus koordinasi maritim dan investasi. Tapi mengurusi urusan tiga menteri koordinator lainnya.
Ketidakpuasan kelompok Teuku Umar terhadap peran lebih LBP tersebut dan gerak-gerik Jokowi bersama LBP menyiapkan Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024 makin membuka tabir bahwa hubungan Megawati dan Jokowi tidak dalam keadaan baik-baik saja. Soalnya, Megawati punya calon sendiri untuk Pilpres 2024, Puan Maharani. Akhir-akhir ini dibully karena balihonya bertebaran dimana-mana.
Perseteruan Jokowi terutama antara LBP dengan Megawati diprediksi akan happy ending. Prediksi inilah yang membuat publik berkesimpulan, konflik Jokowi dan Megawati hanyalah sandiwara politik murahan.
Ujung-ujungnya kompromi politik. Sesama merah dilarang saling mendahului. Sekurangnya ada dua skenario besar:
Pertama, Ganjar Pranowo dan Puan Maharani sama-sama maju Pilpres 2024. PDIP mengusung Puan Maharani. Ganjar Pranowo melalui partai lain. Komprominya, tidak saling ganggu hingga 2024. Tidak menjamin bakal tidak saling sandera antar keduanya. Gesekan politik tetap terjadi. Bahkan bisa lebih panas.
Kedua, Ganjar Pranowo persis mengikuti jejak Jokowi di 2014 yang lalu. Diusung oleh PDIP dengan kompensasi politik tertentu. Jokowi dan Megawati mencapai kesepakatan politik baru.
Indikator terdekat untuk menilai ada tidaknya kompromi politik antara Jokowi dengan Megawati adalah sosok Panglima TNI pengganti Hadi Tjahjanto dan reshuffle kabinet yang akan dilakukan dalam waktu tidak terlalu jauh dengan pergantian Panglima TNI.
Bila tidak tercapai kompromi politik. Bisa jadi perang terbuka antara Jokowi dan Megawati akan berlanjut. Sekaligus menepis isu retaknya Jokowi dan Megawati hanya sandiwara politik.
Hari-hari kedepan ditengah rakyat hidup makin susah. Dikurung oleh PPKM tak kunjung selesai. Kita disuguhkan oleh oligarki politik ekonomi berebut kue kekuasaan dan pundi-pundi untuk amunisi 2024.
Mereka, Oligarki gila harta dan kekuasaan. Inilah sumber malapetaka bagi Indonesia.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).” [QS. at-Takatsur: 1-8]
Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad III/456, 460; Ad-Darimi II/304; Ibnu Hibban no. 3218–at-Ta’liqatul Hisan, ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XIX/96, no. 189)
Bandung, 5 Muharram 1443/14 Agustus 2021