Pengamat: Pemerintahan Jokowi yang Condong ke China Komunis Resahkan Rakyat

Tak Berkategori

Rakyat Indonesia sangat resah terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang condong ke China komunis alias RRC.

“Kecenderungan Pemerintahan Jokowi yang kekiri-kirian condong ke China komunis membuat rakyat resah,” kata pengamat politik M Rizal Fadillah kepada www.suaranasional.com, Selasa (27/6/2021). “China komunis bukan sahabat baik buat bangsa kita walaupun pengaruhnya tak bisa dinafikan,” ungkapnya.

Condongnya pemerintahan Jokowi ke China komunis, kata Rizal diperlihatkan ketua umum partai penguasa yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Partai Komunis China (PKC). “Ucapan itu telah menuai kritik dan ucapan. Komunis masih menjadi musuh berbahaya bagi negara Republik Indonesia,” jelasnya.

Ia mengatakan, umat Islam di Indonesia itu sangat anti kepada para pendukung komunis. Pemerintah Jokowi tidak bersahabat dengan potensi kekuatan umat Islam. Peristiwa 1965 dalam bentuk yang sedikit berbeda bukan hal mustahil untuk terulang.

“Karenanya demi kebaikan bangsa dan arah perkembangan politik yang sudah mulai terbaca. Masa depan bukan milik Jokowi. Perlu perenungan seksama sekaligus ini adalah momen yang tepat untuk segera mengibarkan bendera putih. Demi bendera merah putih,” jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan, agenda latihan bersama TNI AD dengan pasukan Amerika Serikat “Garuda Shield” di Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Utara tanggal 1 sampai dengan 14 Agustus yang akan datang bukan agenda biasa. Ada nuansa psiko-politis dan gambaran dari peta pertarungan lokal, nasional, maupun global. Amerika versus China.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berkunjung ke negara Asia Tenggara Singapura, Vietnam, dan Filipina untuk menangkal pengaruh China di kawasan khususnya dalam konflik Laut China Selatan.

Pengamat militer Kanjeng Senopati menganalisis bahwa latihan gabungan terbesar yang juga melibatkan Australia, Thailand, dan India ini dapat dilihat dari “two lines of government power” yang “hidden” yaitu pemerintahan sipil dan pemerintahan militer. Kekuatan militer di negeri ini punya jalan yang bisa saja berbeda dengan oligarki pemerintahan Jokowi.

“Kehadiran ribuan pasukan Amerika adalah tekanan politik bagi pemerintahan Jokowi yang pro-China. Tentu hal ini akan menambah beban fikiran baru untuk mampu bertahan. Teringat dulu saat kejatuhan Soekarno dan Soeharto yang nyatanya tidak bisa dilepaskan dari tekanan politik Amerika pula,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News