Oleh: K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc. M.A*
Orang-orang kafir Yahudi Israel mengklaim jika mereka merupakan Hamba pilihan Tuhan, diambil dari makna Israa yang bermakna “hamba pilihan” dan eil yang berarti “Tuhan” dalam bahasa Ibrani.
Karena merasa sebagai Sya’bulloh AI mukhtar “Bangsa terbaik pilihan Alloh” maka mereka tidak merasa bersalah untuk merampas hak milik bangsa lain (Q.S Ali Imraan: 75-76)
Kendati sangat luar biasa Alloh SWT memanjakan Bani Israil dengan mengaruniakan berbagai kenikmatan duniawi ( Q.S. AI Baqaroh: 57 ) termasuk menyelamatkan mereka dari kedzaliman Fira’un dan pasukannya yang nyaris saja menghabisi mereka, namun sebagian besar mereka tetap saja kufur dengan di antaranya :
Membuang dan atau mengubah-ubah firman-firman Alloh SWT yang dirasakan tidak sejalan dengan hawa nafsu mereka (Al Baqaroh : 75)
Mencari berbagai dalih dan alasan yang sangat tidak masuk akal untuk tetap tidak patuh dan taat terhadap aturan dan hukum Alloh SWT (Q.S. Al Baqaroh : 67-71)
Selalu bersikap kufur (Q.S. Al Baqaroh: 51)
Mengingkari janji kepada Alloh SWT kendati gunung Thursina ditempatkan Alloh SWT di atas kepala saat mereka mengikrarkan janji (Q.S. Al Baqaroh: 63-64)
Berupaya mencari pembenaran untuk tetap kufur dengan menetapkan syarat untuk beriman sesuatu yang sangat tidak masuk akal, seperti meminta kepada Nabi Musa AS untuk bisa menghadirkan Alloh SWT jelas-jelas nyata dihadapan mereka (Q.S. Al Baqaroh: 55) .
Padahal telah dijelaskan berulang-kali kepada mereka, jika Alloh SWT adalah Zat Yang Maha Ghaib yang “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia Maha melihat segala yang kelihatan” (Q.S. AI An’aam : 103)
Menetapkan (na’dzu billah) sifat kikir kepada Alloh SWT (Q.S. Al Ma-idah : 64)
Jangankan untuk menerima pendapat dan pandangan orang lain, hati mereka bahkan sudah membatu untuk menerima kebenaran Ilahi (Q.S. Al Baqaroh: 74)
Demi mempertahankan kekufuran namun tetap memperoleh hajat duniawi, mereka memilih sikap munafik, berwajah dan berkepribadian ganda (Q.S. AI Baqaroh: 76)
Tidak hanya saja menolak kebenaran Ilahi, bahkan para Nabi sekali pun mereka bunuh (Q.S. Ali imraan: 21)
Kekufuran, kebiadaban dan kekejaman orang-orang kafir Yahudi Israel inilah yang kemudian mengundang murka Alloh SWT yang berujung dengan laknat Alloh SWT (Q.S. AI Ma-idah: 78-79) dengan menjadikan mereka kera dan babi (Q.S. AI Baqaroh 65, AI Ma-idah: 60)
Apakah orang-orang kafir Yahudi Israel yang dilaknat pada saat itü benar-benar berubah menjadi kera dan babi?
Sebagian Ulama berpendapat mereka benar-benar menjadi kera dan babi tanpa memiliki kecenderungan makan, minum dan memenuhi kebutuhan seksual, sehingga dalam waktu yang tidak lama mereka pun kemudian punah.
Sementara sebagian beşar Ulama berkeyakinan, wujud mereka sebagai manusia sama sekali tidak berubah, hanya watak mereka yang berubah menyerupai karakter kera dan babi.
Kita semua tentu maklum, kera merupakan hewan yang terkenal sangat tamak dan rakus. Kepada yang lebih lemah kera pasti merampas dan menindas.
Kepada yang lebih kuat, kendati sangat takut namun kera selalu berupaya menunjukkan rasa tidak takut dengan bertingkah-laku seperti siap melawan dan menyerang.
Kera juga hewan yang sangat bandel dan sulit untuk diingatkan apalagi untuk dididik, kecuali dengan ancaman tongkat (kekerasan).
Dengan watak kera seperti ini, Alloh SWT bermaksud memberikan pelajaran kepada kita, bahwasanya hampir tidak ada manfaatnya jika menghadapi Yahudi Israel hanya dengan kecaman dan kutukan, karena murka dan laknat dari Alloh SWT saja mereka tidak perdulikan.
Jangankan perjanjian dengan manusia, janji dengan Alloh SWT di bawah ancaman gunung Thursina di atas kepala mereka sekali pun tetap mereka langgar juga.
Jangankan membunuh manusia termasuk para wanita dan anak-anak kecil yang tidak berdaya, bahkan duapuluh sembilan nabi utusan Alloh juga mereka bunuh.
Lahirnya berbagai resolusi PBB membuktikan kepada kita, betapa semua itu tidak membuat mereka bergeming sedikitpun.
Satu-satunya cara yang akan menghentikan kebiadaban dan kekejaman mereka hanyalah ”Tongkat” dalam bentuk bersatunya ummat Islam sedunia dan siapa pun yang masih memiliki rasa kemanusiaan untuk mengancam mereka dengan kekuatan angkatan bersenjata.
Sekaligus melumpuhkan perekonomian mereka dengan menghentikan bantuan ekonomi, memutuskan hubungan dagang dan memboikot produk- produk mereka.
Wallohu a’lam bish-showab
* Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) / Ketua Umum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat