Ada pesantren model baru sebagai ladang radikalisme dan sudah dideteksi oleh Densus 88. Pesantren model baru berbeda dengan miliknya NU yang lebih mengajarkan moderat dan saling menghargai.
“Jadi beberapa tahun ini muncul pesantren-pesantren baru, itu nama saja kita sudah bisa, nama membau itu sudah mulai kedeteksi gitu. Memang ada pesantren-pesantren pendatang baru yang kayak gitu,” kata Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, Sabtu (5/4/2021).
Menurutnya, pesantren yang digeledah Densus 88 itu menggunakan nama suatu tokoh. Kiai Marsudi mengatakan hal itu berbeda tradisi pesantren NU yang menggunakan nama daerah.
“Itu nama imam, nama tokoh, biasanya mereka kan kayak gitu kalau bikin pesantren, biasanya kalau pesantren itu kan nama kampungnya kalau NU kan. Itu yang modelnya kayak gitu ya gitu modelnya,” ucapnya.
Kiai Marsudi menyebut pesantren yang berbasis NU memiliki kurikulum yang tidak mengajarkan radikalisme. Marsudi pun menjamin pesantren NU tak ada ajaran radikalisme.
“Begini, kalau pesantren di NU sudah jelas, kurikulumnya jelas, kitabnya jelas, kalau yang NU dan saya menjamin kalau di NU nggak ada,” katanya.
Lebih lanjut, Kiai Marsudi mengatakan cara yang paling mudah agar pesantren tidak mengajarkan radikalisme pada santrinya yakni menggunakan kurikulum yang ada di ponpes NU. Dia juga menyarankan kitab-kitab yang digunakan juga sama dengan yang ada di pesantren NU.
“Ikutin mestinya kurikulumnya kayak kurikulum NU. Itu saja yang paling gampang, kitab-kitabnya kayak kitab NU,” ujarnya.