Jauhi Selera Kemewahan dalam Pemugaran dan Pembangunan Cing De Yuen

Oleh: Adian Radiatus

Vihara yang dikenal juga dengan nama Vihara Dharma Bhakti sedang mendapat perhatian luas umat Buddha khususnya juga masyarakat Tionghoa dan umum akhir-akhir ini. Pasalnyaa sudah dua tahun lebih pasca kebakaran hampir tidak diketahui kapan akan dilakukan restorasi atau pembangunan kembali seperti sediakala.

Adalah hasil sebuah rapat pertemuan pada tengah tahun 2019 lalu, yang diinisiasi oleh pengusaha sukses Tionghoa, Tommy Winata, yang akhirnya melahirkan kepengurusan baru dengan tugas utama memverifikasi dan membenahi sebaik mungkin sebelum restorasi dan pembangunan kembali dimulai.

Selain sebagai tempat ibadah tradisi masyarakat Tionghoa umumnya, Vihara Cing De Yuen juga merupakan asset situs bersejarah yang dilindungi oleh UU Cagar Budaya.

Oleh karena itu kepekaan pengurus yang telah membentuk suatu tim yang disebut Panitia Pemugaran & Pembangunan Wihara Dharma Bakti (Kim Tek Ie) sangat patut memperhatikan segala aspek yang terkait dengan pelestarian situs budaya sekaligus keagamaan Buddha itu sendiri.

Oleh karena itu keterbukaan pemugaran dan pembangunan ini adalah sangat penting dengan keterlibatan pihak-pihak terkait khususnya pemprov DKI Jakarta sebagai penjaga berbagai peninggalan situs bersejarah.

Restorasi atau pemugaran bukanlah bermakna penghancuran bangunan secara total dan menbangun baru dari awal. Mengenai hal ini, mantan ketua pengurus tahun lalu, Bambang Sungkono yang mewanti-wanti mengingatkan agar jangan sampai salah langkah sebagaimana yang dialami Gedung Candra Naya.

Bila dilihat dari susunan panitia yang telah beredar itu memuat sejumlah nama pengusaha Tionghoa papan atas, maka jangan sampai berkonotasi negatif simbol gagah-gahan belaka. Apalagi bila ada yang merasa memiliki ormas tertentu.

Penempatan almarhum Liem Sioe Liong sebagai Dewan Kehormatan dari kacamata etika spiritual pun menjadi tanda tanya. Bagaimana caranya mengundang beliau bila ada sesuatu acara, misalnya.

Jadi sebaiknya Panitia tidak cukup hanya menampilkan kesan keren tapi tidak cukup memadai untuk memahami tujuan restorasi itu sekaligus kaitannya terhadap etika kehormatan besar yang harus ditempatkan dimata para Dewa khususnya Dewa Utama, yaitu Kwan Im Pho Sat.

Jangan sampai memperlakukan restorasi dan pembangunan Cing De Yuen setara dengan cara membangun pusat perbelanjaan. Justru selera kemewahan belaka harus dijauhi dalam pemugaran dan pembangunan Vihara Cing De Yuen ini…

Simak berita dan artikel lainnya di Google News