Renovasi Klenteng Jin De Yuan

by Zeng Wei Jian

Last night di Restorant klasik Tugu Kunstkring Paleis sambil menikmati malam & red wine Chateau Haut Piquat Luccas Saint Emilion, Aktivis Lieus Sungkharisma cerita seputar polemik renovasi Vihara Dharma Bakti di Glodok.

Ada pihak grassroot kasak-kusuk. Mempertanyakan struktur kepanitian renovasi yang terdiri dari para konglomerat. Ngga berani terbuka protes. Istilah konglomerat sepadan dengan “billionaire” kependekan dari fenomena inequality, tax cuts dan special interests.

Menurut Lieus Sungkharisma; beberapa biksu berpendapat penempatan Almarhum Sudono Salim alias Liem Sioe Liong sebagai Dewan Kehormatan Panitia Renovasi bersifat tidak lazim. Penyusun struktur kepanitian punya tendensi menjilat Salim family.

Desas-desusnya penyusun itu Bos Pulau Intan Apuy dan Mr Apao orang kuat dari Tanah Abang sekaligus sahabat kental Haji Lulung.

Lieus Sungkharisma bersikeras figur kontroversial Ketua Walubi Hartati Murdaya disertakan. Jasanya besar bagi umat Buddhist. Ngga pantas dikucilkan pasca keluar penjara korupsi 3 milyar.

Vihara Dharma Bhakti (金德院) or Kim Tek Ie (Hokkien dialect) or Jin de yuan adalah the oldest Chinese temple in Jakarta. Dibangun tahun 1650. Full of history. Masuk kategori Cagar Budaya.

Banyak kelompok berkepentingan menjaga eksistensi klenteng yang dibangun atas perintah Luitenant der Chinezen Kwee Hoen.

Banyak kelompok artinya rentan konflik. Ribut sendiri antar pengurus. One day, Kelompok Edi Sadeli pernah menguasai Jin de yuan. Berkontradiksi dengan Grup Hindarto. Edi Sadeli & Tanadi berkolaborasi menghantam Hindarto. Klik Edi Sadeli secara resmi memposisikan Tanadi sebagai Chairman.

Lieus Sungkharisma pernah mengatakan kepada Haji Jusuf Hamka; solusi friksi ada di tangan Tommy Winata. Seandainya Bos Artha Graha ini mau turun tangan.

Entah bagaimana cerita selanjutnya. Klik Haji Jusuf Hamka tau kunci. Tanadi takut kepada Bambang Akuet. Maka digunakanlah boneka Bambang Akuet menyingkirkan Chairman Tanadi.

Bambang Akuet jadi Ketua Pengurus Jin de yuan. Pamornya naik. Everybody in Glodok ngeri liatnya. Karena desas-desus mengatakan Bambang Akuet orangnya Tomi Winata.

Bambang Akuet bagaikan bocah yang menunggangi harimao. Orang-orang pada takut. Bukan kepada si bocah. Tapi harimao yang dia tumpangin.

Kekuasaan Bambang Akuet seumur jagung. Dia dilikudasi permanent. Shirley Wijaya menggantikan posisi ketua. Haji Jusuf Hamka ada di Dewan Penasehat sebagai “owner ngga resmi” Jin de yuan temple.

Dua faktor; Status Cagar Budaya & friksi internal yang dasyat, mengharuskan satu figur kuat. Setiap bata klenteng adalah sumbangan orang-orang Tionghoa di masa sulit. Nilai historisnya tak ternilai.

Bukan Hartati Murdaya. Tapi mestinya Gubernur Anies Baswedan diposisikan sebagai Dewan Kehormatan panitia renovasi. Jasa Alm. Liem Sioe Liong semasa hidup besar sekali. Dia sumbang banyak vihara di seluruh Indonesia. Jadi proyek renovasi dilakukan “In memoriam of Liem Sioe Liong”.

Jakarta punya problem disintegrasi rasial. Meme radikal beredar dengan caption “Umat Islam dilarang tamasya ke candi”. Haji Jusuf Hamka mala ikut-ikutan renovasi klenteng. Partisipasinya bisa trigger dislike. Tidak menguntungkan bagi dirinya.

Gubernur Anies Baswedan sebagai Kepala Daerah harus memastikan Renovasi Cagar Budaya tidak merusak konstruksi asli. Katanya para konglomerat ini mendukung program Anies Baswedan menyatukan semua kelompok. Syahdan, ngga keliatan dalam praxis. Hanya lips service.

Jangan-jangan benar kata Dan Riffle yang mengatakan, “Every billionaire is a policy failure.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News