Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto melakukan langkah tepat atas rencana membeli pesawat tempur bekas Austria Eurofighter Typhoon untuk menghadapi konflik Laut Cina Selatan.
Demikian dikatakan pengamat kebijakan publik Amir Hamzah dalam pernyataan kepada suaranasional, Sabtu (25/7/2020). “Yang dilakukan Prabowo dan timnya bukan kebijakan yang gegabah, Indonesia menghadapi konflik Laut Cina Selatan,” ungkapnya.
Kata Amir, Prabowo dan Kemenhan membeli pesawat tempur bekas Austria Eurofighter Typhoon dengan kajian tim ahli terutama dari TNI AU. “Pakar militer terutama AU tahu persis pesawat tempur bekas Austria itu tidak tiap hari dipakai. Terlebih lagi Austria belum pernah melakukan perang terbuka,” jelas Amir.
Amir, jika Prabowo dan Kemenhan membeli pesawat tempur baru harus melalui kontrak dan memerlukan proses yang cukup lama. “Kalau ada pergantian rezim, belum tentu, rencana beli pesawat tempur baru bisa terlaksana. Saat ini butuh waktu cepat terutama dalam menghadapi konflik Laut Cina Selatan,” ungkap Amir.
Menurut Amir, Indonesia bisa hancur jika tidak siap dalam menghadapi konflik Laut Cina Selatan. “Di konflik Laut Cina ada beberapa negara yang berkonflik di antaranya AS, Cina, Jepang, Filiina, Cina. AS membangun sekutu dalam menghadapi Cina,” jelas Amir.
Amir mengatakan, Indonesia bisa menjadi ajang pertempuran AS dan Cina. “Di Indonesia ada investasi Cina, AS, Jepang, Taiwan. Negara-negara yang satu ideologi AS seperti Jepang, Taiwan akan bersekutu dengan AS melawan Cina di Indonesia,” papar Amir.
Selain itu, Amir mengatakan, Indonesia juga menghadapi pangkalan militer AS dalam bentuk kapal Induk. “Pangkalan militer AS dari Teluk Persia, sampai Darwin Australia termasuk melewati Christmas Island. Daerah Pangadaran Jawa Barat kira-kira 1900 Km dari Christmas Island. Ini yang sudah dipikirkan Prabowo dan timnya,” jelas Amir.