Penulis: Smith Alhadar
Editor: Abdurrahman Syehbubakar
Pada 2013, tanpa sadar kalau omongannya bisa memukul dirinya sendiri, mantan Ketua Mahkmamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan, malaikat sekali pun akan jadi iblis kalau masuk ke dalam sistem Indonesia (Republika.co.id, 7 Oktober 2013).
Dia menilai, pemilu di semua tingkatan gagal melahirkan pemimpin yang baik. Dominasi politik transaksional tidak hanya melahirkan pemimpin yang tidak baik, tapi juga perangai pemilih yang tidak baik. Dalam pemilu ditemukan kecurangan di berbagai level. Pada 1999, kecurangan hanya dilakukan perorangan atau kelompok tertentu, saat ini dilakukan secara sistemik.
Ia menilai, kecurangan yang didominasi motif politik uang menjadi marak karena jabatan politik disetir cukong yang cenderung berorientasi keuntungan finansial. Sehingga alur pelaksanaan pemilu yang memungkinkan sengketa hasil pemilu diusut hingga ke lembaga peradilan, juga digunakan untuk memuluskan keinginan pihak tertentu.
Akibatnya, politik transaksional tidak terbatas pada lingkup penyelenggara pemilu, tapi merembet hingga Mahkamah Konstitusi. “Saat biaya politik semakin mahal, elite pun semakin jelek karena sistem yang dibangun mendorong ke arah korupsi. Malaikat masuk ke dalam sistem Indonesia pun bisa jadi iblis juga,” katanya.
Mahfud benar bahwa pemilu di Indonesia gagal melahirkan pemimpin yang baik karena didominasi politik transaksional yang disetir para cukong. Kecurangan pemilu pun tak dapat diusut karena lembaga peradilan hingga ke MK sudah dipengaruhi politik transaksional. Hal ini memang terjadi paling tidak dalam dua kali pilpres terakhir.
Maka lahirlah kualitas pemimpin seperti Jae yang mendapat kekuasaan melalui kecurangan pemilu. Terpilihnya Jae juga menggambarkan keinginan para cukong yang menginginkan pemimpin bodoh yang dapat disetir untuk kepentingan finansial mereka. Memang tidak masuk akal para oligark mengeluarkan banyak uang tanpa mengharapkan keuntungan berkali lipat.
Maka untuk memastikan kemenangan, kecurangan dilakukan secara sistemik. Pemimpin yang dilahirkan secara curang pasti akan melakukan kecurangan-kecurangan pula. Inilah yang membuat kita menyaksikan kebijakan-kebijakan korup dan sesat yang terus diproduksi rezim. Semuanya demi mereka yang berkeringat dalam memenangkan Jae dalam pilpres dan membalas budi pada kaum oligark.
Demi kemenangan dalam politik transaksional yang mahal dan korup, kita melihat BUMN-BUMN menjadi bancakan rezim. Hampir tidak mungkin skandal megakorupsi Jiwasraya tidak terkait dengan Istana dan pemilu. Kita juga menyaksikan bagaimana RUU Omnibus Law Cipta Kerja lebih berorientasi pada kepentingan kaum oligark ketimbang buruh.
Dalam situasi buruk terpapar corona pun rezim masih melahirkan beleid-beleid sesat dan kebohongan. Benar kata Mahfud, malaikat pun akan jadi iblis kalau masuk ke dalam sistem Indonesia. Dengan demikian, rezim Jae ini rezim iblis yang mendapat kekuasaan melalui politik transaksional, kecurangan pemilu, dan korupsi. Bukankah salah satu sifat iblis adalah menyesatkan manusia?
Tapu kalau begitu Mahfud dan menteri lain juga iblis. Bukan hanya karena masuk ke dalam sistem, tapi juga bersekongkol dengan kepala iblis dalam menyesatkan rakyat. Lihat, dengan gagahnya Mahfud tampil untuk memgumumkan kepada rakyat dan dunia bahwa Indonesia satu-satunya negara besar di Asia yang tidak dimasuki covid-19.
Karena Mahfud orang pintar sehingga tahu persis bahwa covid-19 sudah merembet ke Indonesia dari Cina, maka pernyataannya di atas adalah kelakuan Iblis yang sengaja menyesatkan rakyat Indonesia. Sekali lagi Mahfud benar bahwa begitu orang masuk ke dalam sistem dia akan menjadi iblis. Yang mengherankan kita, mengapa Mahfud mau menjadi iblis hanya demi kekuasaan yang fana.
Apalagi sebelum bergabung dengan rezim iblis, Mahfud sudah diberi kesempatan lima tahun untuk menilai makhluk macam apa sebenarnya rezim ini. Toh, dengan menggunakan argumen Mahfud sendiri, jelas rezim Jae adalah rezim iblis karena bersenang-senang dalam sistem yang korup.
Tapi bukan hanya Mahfud yang iblis, semua menteri karena berperangai sama dengan Jae dan Mahfud: berbohong ke sana ke mari di siang bolong untuk menyesatkan rakyat. Maka malaikat girang dan bersyukur pada Tuhan telah terindar dari sistem Indonesia. Karena kalau tidak, mereka akan menjadi iblis, seperti kata Mahfud MD. Amit-amit jabang bayi!
*CATATAN KRITIS IDe#49
Institute for Democracy Education
Jakarta, 20 Mei 2020