Alat Tes Virus Corona Tak Dibagikan Gratis, RS Beli dengan Harga Murah

Kementerian BUMN menyatakan alat tes virus corona atau rapid test yang diimpor China sudah tiba hari ini. Alas tes tersebut diimpor oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI yang ditugaskan Menteri BUMN Erick Thohir.

Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan alat tes yang diimpor sebanyak 500 ribu. Tapi, yang masuk mulai hari ini belum semuanya, meski Arya mengaku tidak hafal jumlahnya.

“Sudah masuk per hari ini, bertahap masuknya setiap hari. Jumlah detailnya aku belum cek,” kata dia dalam wawancara online, Kamis (19/3).

Bagi rumah sakit yang menginginkan alat tersebut, mereka harus membelinya dari RNI selaku pengimpor. Arya mengatakan, alat-alat kesehatan tersebut akan didistribusikan ke rumah sakit yang menjadi rujukan pemerintah untuk penanganan virus corona.

“RS enggak hanya BUMN, tapi RS yang sudah ditunjukan oleh pemerintah. Distribusi oleh RNI ya, tapi belum tahu alokasi per RS berapa,” ujarnya.

Berapa harganya?

Dalam perbincangan online yang dilakukan Arya sebelumnya, Rabu (18/3), dia mengatakan alat rapid test ini tak akan dijual dengan harga mahal. Alat tes ini bakal dijual dengan harga terjangkau, meski dia tak menyebutkan berapa nilai per produknya.

“Harga (alatnya) enggak mahal, lebih murah daripada tes di rumah sakit. Kalau sudah ada tes ini, masalah bisa terselesaikan, meski ini bukan yang terakhir, masih ada tahap lainnya seperti tes laboratorium. Tapi paling enggak dengan (rapid test) ini, bisa tahu ada indikasi corona,” ujarnya.

Kata Arya, alat ini akan bekerja di tahap awal dalam pengetesan virus corona. Hasil pengetesan akan keluar maksimal 3 jam. China siap mengimpor karena mereka memproduksi 150 ribu alat ini per hari di negaranya.

“Meski ini bukan (alat) terakhir tapi ini seenggaknya ada kepastian tahap awal, dia bisa tahu ada indikasi corona atau enggak. Kalau ada kecenderungan, bisa langsung tes laboratorium, itu kan dua hari tes swab,” katanya.

Sementara itu, dihubungi terpisah, Direktur Utama RNI Eko Taufik enggan memberikan komentar terkait impor 500 ribu alat tes corona tersebut, termasuk realisasi pengadaannya.

“Tanya BUMN saja mas, bingung saya jawabnya, takut salah data,” katanya kepada kumparan.

(Kumparan.com)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News