Oleh: Adian Radiatus
Hari pertama pelaksanaan BENCANA NASIONAL terhadap Covid 19 dengan himbauan melakukan aktivitas seluas-luasnya hanya dari rumah masing-masing sebagaimana diminta Presiden secara umum banyak yang memahami dan menjalankannya. Terutama pada aktifitas keramaian rutin, seperti sekolah, ibadah dan pekerjaan yang padat pertemuan.
Beberapa pimpinan daerah baik yang wilayahnya telah terjangkit atau belum juga segera mendukung himbauan presiden tersebut. Gubernur, Bupati dan Walikota beserta jajarannya.
Khusus Jakarta sebagai pusat indikator paling ditunggu dan diperhatikan selama dua puluh empat jam sehari pun telah mengeksekusi permintaan presiden tersebut tanpa embel-embel.
Adalah Gubernur Anies yang termasuk satu diantara tiga pemimpin daerah yang mendapat apresiasi presiden, tidak hanya terbatas pada meliburkan siswa sekolah dan menutup berbagai tempat acara atau rekreasi dibawah pengelolaan Pemda, bahkan moda angkutan Trans Jakarta dan MRT serta LRT pun dijadwal ketat dan terbatas.
Tetapi rupanya warga pengguna tidak memiliki alternatif lain. Belum bisa kerja dirumah, jadi harus tetap berangkat. Terjadilah pemandangan antrian yang mengular panjang.
Ada keunikan khas pengguna angkutan umum, yaitu sabar dan tahu cara mengatasi kejenuhan sebelum dirinya bisa tertransportasi ke tujuannya.
Namun hari ini netizen pengguna mengeluh bahkan ada juga yang bernada emosional. Terlalu lama dan panjang antrian. Wajar gak nyaman.
Justru yang kurang diajar adalah netizen kaum penghujat bukan pengguna, sudah tidak jadi korban malah mengobarkan hasutan bahkan agitasi narasi kasar terhadap Gubernur Anies.
Mereka gelap hati lupa kalau itu adalah bagian eksekusi seruan presiden untuk semaksimal beraktifitas lewat rumah saja. Ini bukan ‘lockdown’ jadi gak bisa maksa atau wajib secara swasta.
Salah satu tudingan kaum sesat adu domba ini adalah Anies hendak menciptakan korban sebanyak enam ribu sesuai paparan ilmiah yang disampaikannya. Alamaak. Eling eling.
Mereka lupa bahkan BIN juga pernah menyampai kan di China bisa sampai empat ribu perhari terinfeksi wabah ini pada masa puncaknya.
Presiden Jokowi rupanya mendengar dan mengetahui bahwa sedemikian rupa upaya Gubernur Anies untuk menyukseskan permintaannya.
Tidak perlu waktu lama setelah evaluasi internal pemprov ditambah permintaan presiden Jokowi untuk meninjau kembali ketersediaan pelayanan moda transportasi Jakarta, maka Gubernur Anies dan jajarannya mengambil langkah menormalkan kembali semua rute dan jadwal sediakala.
Tadi sore sesaat mahgrib ditengah hujan sedang dikawasan Thamrin, saya sempat melihat aktifitas bus trans Jakarta rute Blok M – Kota. Datang berturut-turut di halte Sarinah. Senang karena pagi tadi sempat ngetweet ke tweeter pemprov terkait pembatasan hingga jam enam petang tampaknya tidak terjadi. Tapi tweet itu bukan sebab utama tentunya.
Sekali lagi kesadaran bersama yang dicontohkan Presiden Jokowi dan Gubernur Anies untuk selaras semaksimal mungkin melindungi masyarakat ini dapat kita teladani dan menjadi langkah bulat mengatasi secara keroyokan dengan menanggalkan identitas kelompok masing-masing.
Rakyat akan jadi saksi bagaimana kita bisa berbuat bergotong royong melawan Virus Covid 19…