Ultah MKGR ke-59 jatuh pada hari Kamis 3 Januari 2019. Acara peringatan seperti biasa dimulai dengan ziarah ke makam Bapak Pendiri MKGR Mayjen Soegandhi di TMP Kalibata. Sejak pukul 7 pagi dinihari di pintu utama makam sudah dipenuhi para anggota dan pengurus MKGR, baik dari DPP maupun daerah.
Sekjen MKGR Ir. Edwin Nasution membuka prosesi ziarah ke makam dengan mengisahkan keakraban dirinya dengan almarhum yang meninggal pada 25 Juli 1991.
“Saya ingat benar pesan beliau, agar kader MKGR sejati untuk menjaga kerukunan di antara sesama anggota, bahu membahu dalam membangun bangsa dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing,” kata Edwin.
Ultah MKGR ke-59 jatuh pada hari Kamis 3 Januari 2019. Acara peringatan seperti biasa dimulai dengan nyekar ke makam Bapak Pendiri MKGR Mayjen Soegandhi di TMP Kalibata. Sejak kapan pukul 7 pagi dinihari lobi utama makam sudah dipenuhi para anggota dan pengurus MKGR, baik dari DPP maupun daerah.
Sekjen MKGR Edwin Nasution membuka prosesi ziarah ke makam dengan mengisahkan keakraban dirinya dengan almarhum yang meninggal pada 25 Juli 1991.
“Saya ingat benar pesan beliau, agar kader MKGR sejati untuk menjaga kerukunan dan gotong royong di antara sesama anggota, bahu membahu dalam membangun bangsa dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing,” kata Edwin.
Ketum MKGR Letjen Purn. R. H. Soeyono memaparkan tentang elan (masa masak) seseorang. Bung Karno lahir 1901 dan berkuasa 1945 sampai dengan 1965. Pak Harto kelahiran 8 Juni 1921 berkuasa sejak 1971(Pemilu) sampai 1998. Demikian banyak contoh lain, bahwa masa muda adalah emas seseorang.
“Jokowi memang kelahiran 21 Juni 1961, tapi kali ini ia didampingi calon wakil Ma’ruf Amin yang 11 Maret 1943 dan dianggap sepuh ukuran kita. Beda dengan Prabowo yang didukung oleh Sandiaga Uno kelahiran 28 Juni 1969. Dari situ kita akan tahu kemana arah pilihan rakyat dalam Pemilu / Pilpres kali ini,” ungkap Ketum Soeyono.
Ketua Bidang Tenaga Kerja, Tani dan Nelayan MKGR Suta Widhya SH mengatakan bahwa dulu MKGR identik dengan Golkar, karena melahirkan Golongan Karya. Sehingga punya bargaining position dalam ranah kekuasaan dan aktivitasnya.
“Bila itu dilakukan maka niscaya MKGR akan besar. Tapi, bila bersikap netral terhadap kekuasaan, maka aktivitas mandirilah yang utama yang harus ditunjukkan. Secara organisasi, untuk aman dan nyaman, netral kali ini menjelang Pilpres 17 April 2019 akan menempatkan posisi kita tetap tidak berpihak kemana pun,” ujar Suta.
Meski secara organisasi bersikap netral, namun saat prosesi foto bersama mayoritas kader MKGR menunjukkan simbol 2 jari. Tidak ada ada yang protes dengan simbol 2 jari, dan simbol lain hanyalah tangan terkepal.