Larangan reuni 212 justru membuat kegiatan ini menjadi besar karena masyarakat makin penasaran dan ingin menunjukkan jati dirinya kepada penguasa.
“Berdasarkan teori sosial, gerakan ditekan itu makin besar. Sekarang reuni 212 dilarang justru makin besar karena membuat masyarakat penasaran,” kata aktivis Malari 74 Salim Hutadjulu kepada suaranasional, Jumat (16/11).
Menurut Muslim, harusnya pemerintah dan kepolisian membiarkan bahkan memfasilitasi reuni 212. “Harusnya polisi belajar dari sebelumnya, larangan terhadap kegiatan yang dilakukan kelompok 212 justru kegiatan makin besar,” ungkap Salim.
Salim mengatakan, selama ini kegiatan yang dilakukan kelompok 212 baik reuni maupun lainnya sangat baik. “Lokasinya sangat bersih karena ada relawan yang bertugas membersihkan sampah,” jelas Salim.
Kata Salim, larangan reuni 212 karena ada kekhawatiran dari penguasa tidak terpilih lagi di Pilpres 2019. “Padahal berdasarkan hasil survei semua lembaga, penguasa masih kuat,” ungkap Salim.
Sebelumnya, Mabes Polri melalui Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan sudah memantau rencana aksi reuni dari peserta Aksi Bela Islam 212 dua tahun lalu. Ia mengimbau agar acara ini tak dilaksanakan.
Namun apabila tetap dilaksanakan, Setyo meminta agar aksi tersebut mengikuti peraturan yang berlaku. Aksi diminta agar tidak membuat kegaduhan, keonaran, dan keributan. Setyo pun mengatakan akan berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Metro Jaya karena reuni 212 itu akan digelar di kawasan Monas, Jakarta Pusat.