Kubu anti-Jokowi jangan menyebarkan hoax seperti kasus Ratna Sarumpaet karena dapat memunculkan permusuhan di masyarakat.
“Khususnya kubu anti Jokowi agar menyampaikan informasi berdasarkan data dan fakta. Jangan bilang tempe setipis ATM, ini kan hoax,” kata Ketua Barisan Mahasiswa Nasional, Kristo dalam diskusi publik bertema “Ekonomi Lemah, Fakta, Data atau Hoax?” di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (2/11).
Kristo mendukung penuh langkah pemerintah dalam memberantas mafia hoax yang bertujuan melemahkan jalannya roda pemerintahan.
“Kami mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan, mari wujudkan Pemilu 2019 yang aman tertib, damai berintegritas tanpa hoax, politisasi SARA, ujaran kebencian dan kampanye hitam,” terang Kristo.
pembicara lain dalam diskusi tersebut, yaitu peneliti Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai, kubu Prabowo Subianto banyak menggunakan bahasa hiperbola dan bombastis dalam menyikapi isu terkini.
“Tidak bicara kualitatif tetapi bahasa hiperbola dan lebay. Kubu Prabowo kurang berhati-hati menggunakan data,” sebutnya.
Pengamat politik ini mengingatkan jika kompetitor Jokowi itu membangun narasi hiperbola justru bisa menjadi bumerang bagi Prabowo-Sandi.
“Tidak semua narasi yang dibangun dengan bahasa hiperbola selalu efektif untuk mempengaruhi masyarakat bahkan bisa menjadi boomerang. Karena masyarakat sekarang sudah lebih cerdas,” kata Karyono.