Produksi petani garam di Lamongan sudah mencapai 23.050 ton. Ini berarti sudah melampaui target yang diinginkan tercapai Dinas Perikanan sebesar 22.800 ton.
Demikian dikatakan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Lamongan, Agus Hendrawan, Senin (22/10/2018).
Kata Agus, musim kemarau yang cukup panjang menjadi salah satu faktor tingginya produksi garam Lamongan.
Pada awalnya, hanya ada 4 unit rumah prisma yang dibanguan secara swadaya oleh masyarakat setempat. Jumlah ini kemudian berkembang menjadi 40 unit pada 2017.
Selain bisa terus berproduksi meski hujan, garam yang dihasilkan bisa lebih banyak. Selain itu kualitas garam yang dihasilkan juga lebih bagus, putih dan bersih karena tidak bercampur tanah.
Karena itu Dinas Perikanan tahun ini memberikan bantuan sarana berupa rumah prisma.
Selain bantuan rutin yang diberikan seperti geoisolator, bungker air, pembinaan teknis, serta pembangunan jalan usaha tani menuju lahan garam.
Musim kemarau yang tidak diselingi hujan juga berpengaruh terhadap kualitas garam.
Tahun ini, petani garam Lamongan bisa menikmati harga yang cukup stabil di kisaran Rp 1.000-1.100 per kilogram.
Dengan prediksi musim kemarau yang masih akan berlangsung cukup lama, produksi garam tahun ini diprediksi bisa setidaknya sama dengan tahun lalu yang mencapai 28.237 ton.
Produksi garam Lamongan pernah mencapai 38.804 ton dari areal seluas 213 hektare pada 2015 silam.
Saat ini areal produksi garam mengalami penyusutan menjadi tinggal 206 hektare karena dialihfungsikan menjadi tambak ikan. (Rinto, Yunus)