Oleh: KH Luthfi Bashori
Shahabat Ma’qal Ibnu Yasa Al-Muzanni RA mengemukakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba diberi kepercayaan (amanat) oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu tidak ikhlas dalam mengerjakan amanat itu, maka ia tidak mencium bau surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk arti tidak ikhlas dalam menjalankan amanat kepemimpinan itu, seperti seseorang pemimpin dalam mengerjakan kewajiban yang diembannya itu sering dibungkus oleh pencitraan. Tentu sangat berbeda dengan sikap seorang pemimpin yang bekerja secara ikhlas karena Allah, ia tidak membutuhkan pujian dari pihak lain, namun yang ia kerjakan adalah demi mendapatkan keridlaan dari Allah.
Khalifah Umar Bin Khattab merupakan contoh nyata pemimpin sukses yang tak pernah kenal pamrih. Beliau sangat ikhlas dalam menjalankan tugas kepemerintahan. Beliau bekerja tanpa dibalut lipstik kekuasaan maupun pencitraan.
Di tengah pekat malam Khalifah Umar kerap memanggul gandum untuk menyambangi rakyatnya yang kelaparan, tanpa membawa kawan apalagi wartawan. Bahkwan banyak dari kalangan shahabat yang tidak sadar jika Khalifah Umar sering bekerja di malam hari. Di saat semua shahabat terlelap tidur, Khalifah Umar terus bergerilya bekerja untuk rakyatnya dalam mengatasi kemiskinan. Tak perlu publikasi apapun yang beliau lakukan, apalagi pengumuman melalui berbadai media.
Sedangkan pemimpin yang sarat diwarnai pencitraan atau bekerja dengan pamrih pribadi, tentu akan membawa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Karena di saat seorang pemimpin sudah memiliki pamrih pribadi atau kelompoknya waktu menjalani tugas pemerintahan, maka sudah tidak ada lagi sifat ikhlas ada pada dirinya, hingga timbul pengkhianatan terhadap amanah yang diembannya.
Rasulullah SAW bersabda: “Kelak, setiap pengkhianat itu akan mendapatkan bendera di belakang (bokong). Panjang dan pendek bendera tersebut sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ketahuilah bahwa pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap pengkhianatan akan mendapat bendera di hari Qiamat, disebutkan ini pengkhianatan si fulan dan ini pengkhianatan si fulan.” (HR. Bukhari Muslim).
وَلَا تُجَٰدِلْ عَنِ ٱلَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنفُسَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa,”(QS. An Nisa, 107).
إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
Artinya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”(QS. Al Hajj, 38)