Ustadz muda Salim A fillah mempunyai pandangan yang sangat bagus terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 terlibih lagi ada cawapres dari kalangan ulama KH Ma’ruf Amin.
“Jangan ada yang memfitnah, mencela, menista, mengolok-olok, dan merendahkan kepada kandidat seberang maupun pendukungnya,” kata Salim dalam tulisan berjudul ‘Nderek Dhawuh dan Nderek Kersa”.
Menurut Salim, kubu Jokowi ada cawapres ulama yang sangat dihormati dan dihargai serta dimulaikan KH Ma’ruf Amin. “Sungguh, akan menjadi kehormatan bagi kita untuk selalu menghormati ‘ilmu dan memuliakan ‘ulama,” jelasnya.
Salim mengatakan, Prabowo memuliakan ulama seperti yang diucapkan, “Bisa saja saya memilih ‘ulama untuk mendampingi saya”, konon begitu ujar beliau, “Tapi di sana sudah ada Ayahanda KH. Ma’ruf Amin.” Betul. Jangan sampai pemilihan pemimpin menjadi ajang adu ulama, adu agama, adu dalil, dan keterbelahan ummat. “Yang saya inginkan, Indonesia yang satu,” tulis Salim menirukan Prabowo.
Salim mengajak untuk menjaga persatuan seperti yang dilakukan tokoh umat Pak Jusuf Kalla (JK) selama ini. “Misalnya, dapat pula kita timbang seberapa dampaknya bagi kebijakan negara yang mengayomi ummat,” jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan, selalu ndherek dhawuh ‘Ulama, meski kadang itu berarti tidak ndherek kersa mereka. ‘Ndherek’ artinya ikut, tabik, mengikuti. ‘Dhawuh’ artinya perintah yang berdasar.
“Dasarnya wewenang; bisa jabatan, kuasa, kepemilikan, dapat pula otoritas ilmu. Tapi ‘dhawuh’ seharusnya tak keluar dari tata nilai. Adapun ‘kersa’ artinya kemauan. Tentu ini lebih bebas sifatnya. Dan tentu ada kepentingan yang melatarinya,” paparnya.
Kata Salim, ndherek dhawuh Junjungan KH. Ma’ruf Amin yang saat memimpin MUI sempat memfatwakan, “Pemimpin yang ingkar janji boleh tak ditaati dan jangan dipilih kembali.”
“Inilah ndherek dhawuh. Bukan ndherek kersa,” pungkasnya.