Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tidak boleh melarang berbagai pihak yang tidak setuju Islam Nusantara.
Demikian dikatakan Dewan Pakar ICMI Irjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo kepada suaranasional, Sabtu (28/7).
Menurut Anton, MUI Pusat mesti melihat masalah Islam Nusantara secara mikro dan makro internal serta eksternal.
“MUI itu milik umat Islam yang luas bukan milik salah satu golongan
Islam nusantara. Konsep Islam Nusantara masalah mikro yang masih bermasalah di lingkungan NU itu sendiri,” jelasnya.
Kata Anton, KH Ma’ruf Amin selaku Rais Am Syuriah PBNU menyatukan konsep Islam Nusantara di lingkungan NU terlebih dulu karena di kalangan nahdliyin konsep tersebut banyak yang menentangnya.
“Ditambah lagi penjelasan Katib Am Syuriah PBNU KH Yahya Staquf tentang Islam nusantara di video yang viral bahwa Islam Nusantara lebih hebat dari Islam Arab,” tegas Anton.
Menurut Anton, penjelasan Kiai Yahya Staquf tentang Islam Nusantara makin membuat umat Islam bingung bahkan marah.
“Islam ya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tidak ada Islam Timur Tengah, Timur Jauh Nusantara dan sebagainya. Apalgi muncul isu akan ada Al Quran Nusantara, Fikih Nusantara bahkan sholat berbahasa indonesia dan lain-lain. Tentu penolakan terhadap Islam Nusantara akan makin meluas,” jelasnya.
Anton meminta NU mencontoh Muhamadiyah saat mau umumkn hasil Tarjih yang menharamkan rokok dengan menyamakan dulu di internal.
“Soal publik ada yang tidak setuju tak masalah tapi internal sudah kompak lebih dulu,” pungkasnya.