Kelompok Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat (NTB) diserang saat bulan puasa merupakan bagian menggembosi Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) karena di wilayah tersebut bukan basis pendukung Jokowi.
“Pasca penyerangan Ahmadiyah maka yang diopinikan TGB sebagai Gubernur NTB tidak bisa melindungi warganya. Dan opini ini terus disuarakan,” kata pengamat politik Ahmad Baidhowi kepada suaranasional, Senin (21/5).
Menurut Baidhowi, penyerangan kelompok Ahmadiyah di NTB itu bagian dari operasi politik menjelang Pemilu dan Pilpres 2019.
“NTB itu masyarakat aslinya moderat dan secara keagamaan itu ahlussunnah waljamaah, cara ibadahnya mengikuti Imam Syafi’i. Cara ibadahnya mirip warga NU. Ada agenda yang lebih besar dengan penyerangan itu yaitu menyudutkan Nahdlatul wathan, ormas Islam terbesar di NTB,” papar Baidhowi.
Kata Baidhowi, ada kepentingan bersama LSM asing dan politisi Indonesia dalam memainkan Ahmadiyah di NTB. “LSM asing memainkan isu Ahmadiyah untuk mendapatkan dana asing, sedangkan politisi menghantam TGB,” kata Baidhowi.
Selain itu, ia memprediksi Jawa Barat akan muncul kekerasan terhadap Ahmadiyah. “Tak lama lagi warga Ahmadiyah mendapat serangan di Jabar. Kalau saya melihat cara dan polanya arahnya ke Jawa Barat,” pungkasnya.
Penganut ajaran Ahmadiyah di Lombok Timur, NTB, diserang oleh sekelompok warga. 6 Unit rumah rusak parah hingga rata dengan tanah.
Aksi penyerangan itu berlangsung pada Sabtu (19/05) sekitar pukul 12.00 Wita, di Desa Greneng, Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur.