Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebihh menyukai Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar karena sesama alumni UGM sehingga memudahkan komunikasi di ring 1 Istana.
“Airlangga Hartarto mantan Ketua Senat Fakultaas Teknik UGM. Yang mana tentunya akan membuat ring satu Jokowi seperti Pratikno dan Pramono Anung, cukup nyaman,” kata pengamat politik Hendrajit kepada suaranasional, Selasa (21/11).
Kata Hendrajit, Airlangga atau kerap disapa kawan karibnya Gagak, merupakan kawan satu angkatan dengan Pratikno dan berasal dari satu almameter, sehingga komunikasi politik bisa sangat baik dan lancar.
“Bagi ring satu Golkar, Ginandjar Kartasasmita barang tentu sangat merestui Airlangga mengingat sejarah hubungan akrab antara Ginandjar dan alm Hatarto semasa sama-sama jadi menteri di era pemerintahan Suharto,” ungkapnya.
Kata Hendrajit, baik melalui skenario mempertahankan DPP Golkar minus Setnov atau menggelar Munaslub, Airlangga tetap akan jadi the leading actor.
“Melalui Munaslub, Airlangga pastinya akan terpilih sebagai Ketua Umum baru partai pohon beringin. Masalah jadi krusial dan bisa jadi akan penuh komplikasi, ketika skenario Munaslub yang akan jadi pilihan,” ungkapnya.
Masalah bakal krusial bukan pada diri Airlangga pribadi, melainkan konfigurasi politik baru yang jadi dasar terpilihnya Menteri Perindustrian ini sebagai Ketua Umum Golkar. Karena hal ini menyangkut bagaimana mengakomodasi berbagai kepentingan para elit Golkar baik di pusat maupun daerah.
“Sebab baik Akbar Tanjung, Jusuf Kalla maupun Ginandjar sebagai lokomotif partai, sama-sama punya gerbong yang bukan saja sarat penumpang, melainkan juga sarat rupa-rupa agenda khusus sendiri-sendiri yang harus sama-sama dipayungi dalam tubuh Partai Golkar. Dan direkatkan melalui pola kepemimpinan bersama, yang terpancar melalui konfigurasi kekuatan politik baru pasca Munaslub,” jelas Hendrajit.
Ia mengatakan, hasil Munaslub yang bermuara pada munculnya rejim baru di Golkar, bisa menguntungkan bisa juga merugikan bagi Jokowi. Melalu skenario mempertahankan DPP lama minus Setnov, juga tidak kalah runyamnya.
Sebab instabilitas politik yang meluas dan mengembang eskalasinya di internal Golkar, pada perkembangannya juga bisa menciptakan aksi destabilisais terhadap pemerintahan Jokowi.
“Mengingat begitu mengakar dan luasnya jaringan sumberdaya manusia dan kader Golkar baik yang berkiprah di dunia bisnis, birokrasi, berbagai organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, maupun dari kalangan keluarga besar TNI dan Polri,” pungkasnya.