Peneliti Hermawan Sulistyo (Kikiek) mengatakan rekannya di LIPI Asvi Warman Adam telah memplagiat hasil penelitiannya tentang gerakan 30SPKI.
“Menurut Mas Kikiek, sebenarnya bahan-bahan yang selalu diungkap oleh koleganya di LIPI itu berasal dari dia. Malah menurut Mas Kikiek, Asvi pernah dua kali memplagiasi tulisan dia,” kata wartawan senior Hanibal Wijayanta di akun Facebook-nya.
Hanibal menuliskan, Mas Kikiek bercerita, bahwa Ben Anderson pernah mengatakan kepada Nugroho Notosusanto bahwa ia akan mengubah kesimpulan Cornell Paper jika ada data yang dapat meyakinkannya.
Maka, pasca Mahmillub terhadap para tokoh PKI, sekitar tahun 1970-an awal, Nugroho Notosususnto, Ali Moertopo dan LB Moerdani kemudian membawa empat koper besar berisi dokumen, bahan-bahan interograsi, risalah sidang Mahmillub dan pengakuan para tokoh PKI ke Cornell untuk dibaca dan diteliti Ben Anderson dan kawan-kawan.
“Dari korespondensi Mas Kikiek dengan Ben Anderson, terungkap bahwa setelah membaca semua data yang detail dan terbuka itu, Ben mengakui bahwa kesimpulan awal Cornell Paper bahwa G-30-S/PKI adalah persoalan internal TNI AD adalah salah,” kata Hanibal.
Hanibal mengatakan, berdasarkan keterangan dari Kikiek, Ben Andeson bisa menyimpulkan bahwa PKI memang benar-benar terlibat dan memakai Biro Khusus yang telah membina para perwira revolusioner untuk melancarkan G-30-S/PKI.
Benedict R O’G Anderson, Ruth McVey, serta dibantu oleh Frederick Bunnel membuat kumpulan makalah tentang peristiwa G30SPKI disebut Cornell Paper dan dibukukan dengan judul The Coup of October 1 1965. Kesimpulan Cornell Paper adalah, peristiwa G-30-S/PKI adalah sebuah persoalan internal di kalangan TNI AD.
Menurut Hanibal, berdasarkan keterangan Kikiek, setelah membaca semua data dan mendapatkan kesimpulan baru itu, Ben dan kawan-kawan justru menutup semua data itu dan tak pernah merevisi Cornell Paper dengan data baru itu.
“Mas Kikieklah orang pertama yang membaca kembali data-data itu di Universitas Cornell. Mas Kikiek memang melakukan riset di universitas itu. Tadinya, Mas Kikiek akan mencantumkan korespondensinya dengan Ben Anderson di buku hasil disertasinya “Palu Arit di ladang Tebu” tapi dilarang Ben. Semalam Mas Kikiek membongkar cerita ini dan membolehkan saya mengutipnya, karena menurut dia “Sekarang kan Ben sudah meninggal,” tulis Hanibal.
Hanibal mengatakan, Kikiek membantah angka-angka yang muncul terkait korban dari orang-orang yang dituduh PKI, termasuk angka paling kecil, 78 ribu orang terbunuh.
“Menurut Mas Kikiek, pembunuhan massal di Jawa Timur dan Bali lebih pada konflik horisontal antara orang-orang PKI dan simpatisannya dengan masyarakat, terutama Anshor, PNI, yang sebelumnya terus diteror PKI. Ini semua aksi saling balas,” paparnya.
Selain itu, kata Hanibal, Kikiek juga mengaku ketika menyusun disertasinya itu John Rossa menelpon dan marah-marah. Padahal Kikiek tak pernah mengenal dan tak pernah bertemu sama sekali.
“Rupanya John Rossa sedang menulis desertasinya “Pretext of the Mass Murder”. Rupanya dia tahu Mas Kikiek sedang menulis Thesis juga dengan data yang pasti akan mementahkan disertasinya itu,” pungkasnya.