Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat ngawur dan tidak mengetahui pokok persoalan dengan menyamakan Presidential Threshold (PT) 20 persen seperti Pemilu 2009 dan 2014.
Demikian dikatakan pengamat politik Ahmad Yazid kepada suaranasional, Senin (31/7). “Presiden membodohi rakyat dan ngawur menyamakan PT 20 persen dengan Pemilu 2009 dan 2014. Pemilu 2014 Pilpres dan Pileg tidak bersamaan, 2019 bersamaan. Walaupun sama-sama PT 20 persen,” ungkap Yazid.
Kata Yazid, PT 20 persen di Pemilu 2019 merupakan cara Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019. “Karena Pilpres dan Pileg bersamaan, maka koalisi harus terlebih dulu. Dan saat ini, partai pemerintah sudah mencapai 20 persen untuk mengusung Jokowi kembali menjadi capres,” ungkap Yazid.
Yazid mengatakan, harusnya Jokowi memberikan pernyataan PT 20 persen untuk Pemilu 2019 bukan menyamakan dengan Pemilu 2014 tetapi telah disetujui DPR sebagai perwakilan rakyat dan yang tidak setuju menggugat melalui MK.
“Komunikasi Jokowi sangat jelek dan merasa paling jago. Sudah beberapa kali Jokowi salah berkomunikasi. Buruknya komunikasi justru dilegitimasi para pembantu dan buzzer untuk dicari pembenar bukan diingatkan,” pungkas Yazid.
Jokowi sebelumnya mempertanyakan pihak yang memprotes ketentuan presidential threshold 20-25 persen. Padahal, menurut Jokowi, aturan itu sudah ada sejak pilpres 2014 dan 2009.
“Kenapa dulu tidak ramai? Dulu ingat, dulu (Gerindra dan Demokrat) meminta dan mengikuti (presidential threshold 20-25 persen), kok sekarang jadi berbeda?” ucap Jokowi saat dicegat wartawan usai menghadiri peluncuran program pendidikan vokasi dan industri, di Cikarang, Jumat (28/7).