Oleh: Saifuddin Surur
Khodimul Ma’had Darul Ulum Pamekasan, Madura
Diakui atau tidak, disadari atau tidak, nama NU saat ini berada di level terpuruk, nama baiknya hancur lebur akibat buruknya trik-trik oknum yang bercokol di PBNU. Di mana sebab olah berbuatan buruk yang dilakukan oleh oknum-oknum ini yang menduduki posisi strategis dan terpenting di jajaran PBNU dampak buruknya berimbas pada ormas terbesar di negeri ini.
Bagaimana tidak, setiap publik bila mendengar nama NU, publik mengernyitkan dahinya, tanda bahwa di ormasĀ ini ada yang tidak beres. Padahal bukan NU-nya yang salah tapi oknumnya yang bermasalah. Ditambah lagi perbuatan oknum yang nongkrong di banom NU seperti GP Ansor dan Banser yang bikin publik mengelus dada.
Alhamdulillah dengan sikap yang diambil oleh pesantren-pesantren besar seperti Sidogiri yang berani menerbitkan buku putih yang berjudul “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqiel Siradj” serta dengan tegas mengintruksikan Alumninya untuk ikut serta dalam AKSI BELA ISLAM 212.
Juga sikap yang di ambil pesantren Sarang seperti sikap yang diambil Syaikhina Muhammad Najieh Maimoen tidak kalah dengan sikap Sidogiri, beliau sering mengkritik tajam oknum-oknum pengurus NU yang bermasalah.
Dengan sikap yang diambil kedua pesantren besar ini mengubah mainstream, cara pandang publik, di mana pada awalnya mereka berstigma dan menjugde jelek pada NU, pada akhirnya mereka berfikir dan menilai bagus pada NU, dan publik mengatakan: “oh, ini NU yang asli, ternyata NU itu bagus, tidak seperti yang kami nilai selama ini”.