Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil melumpuhkan kelompok oposisi sehingga tidak berhasil melawan penguasa saat ini.
“Jokowi melawan oposisinya dengan over ofensif. Fahri Hamzah yang terkenal “vokal”, kini kalah vokal dengan Menteri Luhut Panjaitan dan Susi Pudjiastuti,” kata pengamat politik Ziyad Falahi dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (12/7).
Kata Ziyad, Kekalahan kubu oposisi lebih karena tidak mampu menyuarakan isu isu populis. Tidak ada cerita zaman SBY, menteri datang ke DPR mengusulkan menambah subsidi untuk hajat hidup rakyatnya.
“Sebuah sindiran, yang semakin meningkatkan legitimasi politik Jokowi, tapi menurunkan citra dan kredibiltas lawan politiknya,” jelas Ziyad.
Menurut Ziyad, beberapa bulan terakhir, Maraknya Slogan “Nkri Harga Mati” dan “Saya Pancasila” menunjukkan ketegangan bangsa kita.
“Uniknya, para anggota dewan yang seharusnya menjadikan momentum ketegangan tersebut untuk menekan eksekutif, lebih concern mengurusi hal yang tidak populis, hak angket KPK,” paparnya.
Selain itu, Ziyad mengatakan, Kasus chat Habib Rizieq-Firza Husein ternyata tidak meredakan ketegangan. Malah semakin menyeramkan dengan pembacokan ahli IT yang terlibat dalam kasus konyol tersebut.
“Lagi-lagi, kaum oposisi gagal menjadikan isu tersebut sebagai alat mendown grade pemerintah. Maka wajar, rencana jokowi me reshuffle kabinetnya semakin molor karena oposisi sudah semakin lemah,” papar Ziyad.