Penceramah Gus Nur mempertanyakan Nahdlatul Ulama (NU), Masjid Istqilal, Banser, Polisi, Pesantren dan Indomerat di akun Facebook-nya.
Berikut ini pernyataan Gus Nur:
Oh Nahdlotul ulama…. Duhai NU – ku… Bagaimana nasibmu kini ??? Ya Allah kembalikan NU kepada khittohnya semula, berwibawa, bersih, natural, suci, karomah, indah dan penuh berkah sekaligus kaffah, bersihkan dari mental pengemis dan penjilat, bersihkan dari mental pengais ngais uang receh penguasa, bersihkan dari mental njilat – njilat uang partai uang politikus busuk, bersihkan dari mental dagang ayat jual beli hadits dengan harga yang sangat murah….
Masjid istiqlal, bagaimana nasibmu kini ??? Baik – baik sajakah ? Engkau adalah simbol dan rumah islam kebanggan semua ummat islam di Indonesia bahkan Asia…. semoga engkau tetap steril dan suci, dari ta’mir – ta’mair munafik, semoga engkau steril dari tangan – tangan penguasa yang sarat dengan kepentingan nafsu dan politik busuk, dari manusia – manusia yang bisa di pesan, bisa di atur, bisa dibeli, bisa memutar tafsir ayat dan hadits sesuai dengan pesanan dan kepentingan penguasa…..
dari zaman Nabi adam sampai zaman Nabi muhammad, baru di zaman sekarang aku lihat pendeta, aku lihat non muslim, yang pakai peci, pakai surban, bisa bebas keluar masuk masjid dan memberikan ceramah, keluar masuk pesantren, disambut rebana dan sholawat Nabi, dijadikan rebutan cium tangannya, bukan hanya santri santri yg cium tangannya, bahkan Kyai nya ikut nunduk bersalaman menyentuh tangannya sang pendeta yang bersurban… apakah mataku yg rabun, apakah hatiku yg kotor, aku marah, aku kecewa……
Polisi… Abdi hukum…. benarkah masih ada Polisi yang bernama manusia yang punya hati dan iman ???? Ah entahlah….
Banser… Bagiaman nasibmu kini ???? aku dengar sekarang ada istilah banser plat kuning dan plat hitam…. Ya Allah….. hanya kepadamu aku kembali, ini sudah diluar kemampuan kami sebagai manusia, maju mundur, depan belakang, atas bawah, di gempur, di kebiri, di tipu, di modusi, dihancurkan, di perah dan di peras darah, keringat serta air mata kami…….
ekonomi MIKRO, budaya, silaturohim, sopan santun, budaya ketimuran, perdagangan, toko – toko klontong, warung – warung tradisional, agama, semua sdh bagaikan api didalam sekam, bagaikan kertas yang membungkus api, bagikan minyak dan air, di jarah secara nyata didepan mata, dirampok secara terang terangan di depan hidung…. HANYA KEPADAMU YA ALLAH HAMBA KEMBALI…