Terlihat saat ini perkembangan Islam di Korea Selatan begitu pesat. Ditengah pesatnya perkembangan Islam itulah, kebutuhan akan Imam masjid makin terasa dibutuhkan. Untuk itu masyarakat muslim di Korea Selatan berinisiatif mendatangkan imam masjid dari negara lain.
Mereka yang didatangkan biasanya para santri penghafal Alquran. Selain untuk menjadi imam shalat mereka juga diminta untuk mengajarkan bacaan Alquran kepada jamaah yang berada disana.
Ramadan ini tiga santri Daarul Qur’an akan berangkat ke Korea Selatan atas undangan masyarakat muslim untuk menjadi imam shalat tarawih di sana.
Jawwad Muyassar (18), Hikman Faqih (18) dan Luthfi Nur Agusti (18) akan bertolak ke Korea Selatan pada Sabtu (17/6) sore.
“Sewaktu Ustaz Yusuf Mansur berkunjung ke Korea Selatan ada permintaan dari komunitas muslim disana untuk mengirimkan santri yang akan bertugas menjadi imam saat shalat taraweh nanti.” ucap ustadz Slamet Ibnu Syam, pengasuh Pondok pesantren Daarul Qur’an.
Ustadz Slamet menambahkan tiga santri ini dibutuhkan kehadirannya sejak awal Ramadan lalu. Namun proses pengurusan visa yang membutuhkan waktu membuat ketiganya baru bisa berangkat di sepertiga bulan Ramadan ini. Ketiga santri ini dipilih berdasar kualitas dan loyalitas mereka saat di pesantren.
Jawwad Muyassar pun mengaku terkejut saat diberitahu oleh ustadz Slamet perihal rencana kepergiannya ke Negeri Ginseng tersebut. Ia mengaku sempat tidak percaya.
“Jadi waktu itu jelang sholat Isya dan ustadz Slamet memberi tahu kami. Saat saya masih gak percaya dan serasa boongan. Eh, pas dipinta foto untuk pasport baru deh percaya” papar santri asal Bekasi ini.
Sementara itu Faqih mengaku senang dengan terpilihnya ia menjadi salah satu santri yang akan berangkat ke Korea Selatan. Meski ia sendiri mengaku gugup dengan perjalanan ini.
“Jujur saya senang. Meski gitu ada rasa gugup juga dengan apa yang akan terjadi di sana nanti. Tapi saya terus berdoa dan berusaha menyiapkan diri dengan baik” ucapnya.
Ketiganya pun mempersiapkan diri dengan serius. Dari mulai murajaah hafalan, persiapan mental hingga mempersiapkan makanan yang akan di bawa.
“Lewat internet kami melihat-lihat keadaan di sana. Kami mau tahu soal budaya dan kebiasan di sana agar tidak kaget nanti” ujar Lutfhi. “kami juga membawa mie instan dan tempe orek buat di sana nanti.”
Ketiganya juga mengaku sudah siap harus merayakan Idul Fitri jauh di negeri orang dan jauh dari keluarga. Mereka akan memamfaatkan teknologi untuk mengatasi hal tersebut.
“Sedih pastinya. Tapi mengingat tujuan kita berdakwah dan orangtua sudah meridhoi Insya Allah kita akan mudah jalani. Dan jika kangen tinggal melakukan video call saja” ungkap Jawad.
Sementara itu Ustaz Ahmad Jamil, ketua Daarul Qur’an bidang pendidikan, berharap ketiganya bisa mengaplikasikan apa yang didapatnya di dunia pesantren selama ini. Dan semoga keberangkatan ketiganya dapat memotivasi santri lain untuk meningkatkan kualitas mereka.
“Kami segenap pimpinan Daarul Qur’an pastinya merasa bangga dengan keberangkatan ketiga ini dan semoga ketiganya bisa menjalankan tugas dengan baik” pungkas Ustaz Ahmad Jamil.