China dengan melakukan teroris ekonomi membahayakan bagi kedaulatan bagi Bangsa Indonesia.
“China adalah teroris ekonomi yang hilir mudik di muka hidung kita tapi tak tampak nyata. Untuk kita sadari, teroris ekonomi ini lebih kejam dari teroris radikal,” kata pengamat politik dan ekonomi Dahlan Watihellu dalam pernyataan kepada suaranasional, Ahad (21/5).
Kata Dahlan, teroris ekonomi yang dijalankan China lebih kejam dari teroris radikal. Teroris radikal hanya mampu membunuh beberapa manusia, sedangkan teroris ekonomi membunuh ekonomi ratusan juta rakyat Indonesia.
“Ini merupakan hasil kerjasama diplomatik pemerintah Indonesia yang kebablasan,” jelas Dahlan.
Menurut Dahlan, dalam menjalankan teror ekonomi, China menggunakan modus Turnkey Project Management.
Turnkey Project Management adalah sebuah model investasi yang ditawarkan dan disyaratkan oleh China kepada Indonesia dengan “sistem satu paket,” mulai dari top management, pendanaan dengan sistem Preferential Buyer’s Credit, materil dan mesin, tenaga ahli, bahkan metode dan jutaan tenaga (kuli) baik legal maupun ilegal didropping dari Cina.
“Hubungan bilateral Turnkey Project Management ini menjadi ancaman serius bagi masa depan Indonesia, sebab sistem investasi satu paket ini sudah sukses dijalankan China di Tibet (Dalai Lama) dan di Afrika tepatnya di negara Zimbabwe dan Angola,” ungkap Dahlan.
Ia mengatakan, ada dua aspek yang sangat rawan dari investasi Turnkey Project Management ini. Pertama tenaga kerja dan kedua utang-piutang. Masalah tenaga kerja, saat ini pembangunan pembangkit tenaga listrik di Purwakarta, hampir semua tenaga kerja mulai dari direksi hingga kuli didatangkan dari China.
“Begitu juga yang akan terjadi di Medan, China membawa sekitar 50.000 tenaga kerjanya. Bila investasi di Medan saja mendatangkan sekitar 50.000 orang, lalu berapa tenaga kerja lagi bakal migrasi melalui 1.734 proyek ?. Itu terlepas dari agenda bilateral yang menargetkan pertukaran sepuluh juta warga China dalam berbagai bidang pada dekade 2020 nanti,” jelas Dahlan.