Orang konyol yang menjadikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai simbol kebhinnekaan.
Demikian dikatakan pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod Al Barbasy dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (15/5).
Menurut Ma’mun, tidak ada kerja Ahok dalam upaya membangun toleransi, kebhinnekaan, dan mencegah radikalisme (dalam pengertian yang proporsional).
“Yang ada malah sebaliknya, Ahok melakukan kerja-kerja yang intoleran dan menguatkan radikalisme karena ujaran kebenciannya yang dilakukan terhadap Islam,” jelas Ma’mun.
Ia mengatakan, Vonis 2 tahun karena menista Islam menjadi bukti bahwa Ahok sangat jauh dari tepat untuk dijadikan sebagai simbol toleransi dan kebhinnekaan.
Kata Ma’mun, kalau orang seperti Romo Mangunwidjaja dijadikan sebagai simbol toleransi tentu wajar dan sangat layak karena kerja-kerja yang dilakukan selama hidupnya, termasuk kerja-kerjanya di Kali Code.
“Kalau orang seperti Ibu Gedong Bagus Oka dijadikan sebagai simbol toleransi tentu sangat pantas karena ketika hidupnya Ibu Gedong yang juga teman akrab Gus Dur bekerja untuk kemanusiaan tanpa melihat asal usul agama, suku, dsb,” papar Ma’mun.
Kata Ma’mun, orang seperti Jaya Suprana dijadikan sebagai simbol toleransi juga masih wajar. “Karena bos Jamu Jago ini cukup lama melakukan kerja-kerja yang bersentuhan dengan masalah kebhinnekaan,” pungkas Ma’mun.