Sekarang tersebar berita bahwa salah satu calon siap membeli suara seharga 3 juta rupiah per pemilih.
“Tampaknya tak masuk akal satu suara akan dibayar Rp 3 juta. Dikatakan tak mungkin, tidak juga,” kata wartawan senior Asyari Usman di akun Facebook-nya.
Kata Asyari, tim Ahok-Djarot mengelontorkan Rp 3 juta per pemilih pada putaran kedua karena paslon nomor dua wajib menang.
Menurut Asyari, kabar Rp 3 juta per satu suara ini tidak hanya menjadi buah bibir “kalangan bawah” yang suka gosip. Para politisi di DPR pun ikut mewanti-wanti kemungkinan intervensi dari gerombolan yang disebut “konglomerat hitam” Sembilan Naga (SN) untuk memenangkan calon yang mereka jagokan.
“Kalau untuk sementara ini kita sebut saja kemungkinan itu bisa terjadi, seberapa besarkah taruhan di pilkada DKI ini bagi SN dan bagaimana kira-kira kalkulasi mereka sehingga siap menggelontorkan dana beli suara sebesar 3 triliun rupiah guna mengamankan satu juta suara untuk calon yang mereka dukung?” ungkap Asyari.
Asyari mengatakan, politisi muda menjelaskan bahwa SN menyiapkan road map untuk menguasai Indonesia secara penuh pada pilpres 2024, paling lambat.
“Ada kemungkinan lebih awal dari itu kalau calon yang, menurut SN, harus dan pasti menjadi gubernur DKI di putaran kedua ini, bisa didorong untuk maju di pilpres 2019,” jelasnya.
Ia menceritakan, politisi muda itu menteorikan, begitu si jagoan SN duduk sebagai wapres bersama Jokowi, SN akan menyiapkan skenario untuk melengserkan Jokowi sehingga secara konstitusional naiklah wapres jagoan SN menjadi presiden.