Istana tidak punya hati nurani dan menghianati wong cilik dengan menyalahkan petani kendeng yang meninggal dalam memperjuangkan penolakan pabrik semen.
Demikian dikatakan pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Rabu (23/3). “Pernyataan Teten yang meminta aksi tidak membahayakan itu sama menyalahkan peserta aksi. Padahal aksi itu sebagai perjuangan terhadap penolakan semen tetapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah,” ungkap Muslim.
Kata Muslim, Istana sudah dikuasai korporasi dan tidak menyuarakan kepentingan rakyat. “Padahal keputusan MA itu memenangkan petani Kendeng, dan pabrik semen di Kendeng harus batal,” ungkap Muslim.
Menurut Muslim, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selaku kader PDIP menunjukkan sikap yang tidak berpihak kepada rakyat. “DPP PDIP juga diam saja dan tidak di belakang rakyat Kendeng yang menolak keberadaan pabrik semen,” ungkap Muslim.
Selain itu, ia mengatakan, harusnya Presiden Jokowi sebagai kepala pemerintah dan negara punya sikap tegas terhadap kasus pabrik semen di Kendeng, Rembang. “Kalau Jokowi hanya diam saja dan sibuk urusi kambing, sama saja Jokowi tidak berpihak pada rakyat,” pungkas Muslim.
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Teten Masduk mengimbau warga agar tidak lagi melakukan aksi dengan cara-cara yang membahayakan kesehatan dan keselamatan, seperti mengecor kaki dengan semen.
“Aksi kan itu hak demokrasi, cuma jangan nyemen lagi lah. Itu kan membahayakan kesehatan. Kalau aksi, nggak usah melakukan tindakan yang membahayakan. Walaupun ini saya kira, ini kan jantung, nggak ada kaitan dengan ini (aksi),” kata Teten.