Sanad keilmuan umat Islam Indonesia, sangatlah luar biasa. Sanad maupun metodologi pengajaran melalui pesantren dan madrasah diniyyah, tersebar di seantero negeri. Selain itu, banyak putra bangsanya menjadi ulama’ besar kaliber (kelas) dunia, seperti Syaikh Nawawi Al-Bantany dan Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadany.
Demikian dikatakan intelektual muslim asal Syiria, Dr Syaikh Mahir Hasan Al-Munajjid dalam Halaqah Santri NU (Nahdlatul Ulama) di Pondok Pesantren Nashrul Ummah Yayasan Nusantara Satu Kudus di Desa/ Kecamatan Mejobo, Sabtu (21/1/2017).
‘’Kalian semua sangat beruntung hidup di Indonesia. Banyak ulama yang ilmunya bisa Anda serap. Jadilah generasi penerus ulama salaf yang dulu sangat semangat dan gigih menyebarkan ilmu agama,’’ tegasnya dalam halaqah yang digelar oleh GP. Ansor dan Aswaja Center Kabupaten Kudus.
Syaikh Mahir juga berpesan, agar dalam melaksanakan dakwah, umat Islam Indonesia melakukannya dengan santun. ‘’Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai sarana da’wah, laksanakan dengan cara ma’ruf serta bi al-hikmah wa al-mauidlati al-hasanah,’’ katanya.
Kepada para peserta halaqah, ia juga berpesan agar pemuda bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan belajar, belajar dan belajar. ‘’Dengan begitulah maka Anda akan menjadi pemuda yang pandai membaca zaman dengan hukum Allah SWT.,’’ paparnya.
BACA JUGA:
- Kader Muda NU: MUI Bukan Gudang Ulama
- Berikan Pembelaan, Ketum PBNU Minta tak Asal Copot Kapolda Jabar
Dr KH. Abdul Ghofur MA memaparkan mengenai sejarah ke-Islam-an Bangsa Arab yang bermacam-macam, dilihat dari sisi kultur (budaya) hingga kesukuan yang pada gilirannya berhasil disatukan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
‘’Keberagaman yang ada di Indonesia, pada saatnya akan bisa disatukan, dengan mengikuti cara dakwah Rasulullah. Untuk itu, maka harus mempelajari sejarah (sirah nabawiyyah),’’ terang putra KH. Maimun Zubair yang akrab disapa Gus Ghofur itu.
Kata peraih predikat terbaik doktor ilmu Tafsir dari Universitas Al Azhar Kairo, Mesir ini, pentingnya bersikap tawassuth dalam melakukan dakwah, termasuk dalam gerakan kepemudaan.
‘’Tawassuth ini sebagai upaya harmonisasi di tengah kemajemukan bangsa,’’ tuturnya. (*)