Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang dilempari botol Pedagang Kaki Lima (PKL) saat meninjau penertiban di Stasiun Kota membuktikan mantan Bupati Blitar itu tidak disukai warga Jakarta dan wong cilik.
“Dilempari botol oleh PKL menjadi bukti Djarot tidak disukai wong cilik dan warga Jakarta. Jargon wong cilik milik PDIP hanya kamulfase padahal aslinya pembela pengembang,” kata aktivis politik Ahmad Lubis kepada suaranasional, Rabu (26/10).
Kata Lubis, rakyat sudah mengetahui PDIP bukan partai yang membela rakyat kecil. “Ahok ditolak warga, Djarot dilempari PKL. Baru kali ini pemimpin Jakarta begitu dibencinya warga sendiri,” papar Lubis.
Lubis mengatakan, Djarot yang dibenci warga karena dampak dari Ahok. “Kebijakan Ahok yang menindas dan menggusur warga juga membawa dampak buruk ke wakilnya Djarot,” jelas Lubis.
BACA JUGA:
- Ini Kepentingan Rahasia Ahok Sebelum ke Bareskrim, Istana Lebih Dulu
- Istri Gus Dur Minta Umat Islam tak Ribut Kasus Ahok
Menurut Lubis, Ahok-Djarot menjadi pasangan yang dibenci warga Jakarta. “Ahok-Djarot hanya dipersepsikan para pendukungnya di medsos dan media pendukung sebagai pasangan yang didukung rakyat, padahal dibenci warga,” kata Lubis.
Selain itu, warga juga tidak mengenal Djarot dengan dibuktinya teller Bank DKI yang tidak mengenal orang nomor dua di ibu kota itu. “Ini menandakan juga Djarot tidak dikenal di lingkungannya sendiri. Bank DKI itu masih dalam lingkungan kerja Djarot dan tidak dikenal itu menunjukkan tidak populer,” pungkas Lubis.
Sebelumnya PKL melempari Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dengan botol saat politikus PDIP itu meninjau penertiban di Stasiun Kota.
“Jangan lempar, ini ada Pak Wagub,” kata personel Satpol PP kepada para pedagang, Selasa (25/10/2016).
Namun, PKL tak mengindahkan imbauan tersebut. Mereka terus melempar botol ke arah Djarot dan rombongan.
Djarot yang tengah meninjau pedagang dan berada di tengah-tengah kerumunan langsung diamankan ke tempat yang lebih aman.
“Awas… awas…,” kata polisi yang juga mengawal Djarot.