China dan Amerika Serikat sedang menguasai Indonesia tanpa mengirimkan pasukan militer.
“Menghancurkan ketahanan pangan dan jaminan pasokan dan ketahanan energi sebuah bangsa, selanjutnya menciptakan ketergantungan negara tersebut kepada negara AS dan China,” kata pemerhati politik dan sosial Adi Revolter.
Kata Adi, China menguasai NKRI dengan cara menebar investasi atau bantuan dan hibah dalam wujud pembangunan gedung-gedung, infrastruktur dan lainnya, sudah barang tentu dengan persyaratan “tersirat” nya yang mengikat.
“Misalkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (jaminan BUMN yang dijual BRI, BNI, Mandiri) proyek reklamasi dengan bantuan asing Rp 500 – 700 triliun,” ungkapnya.
Kata Adi sebuah model “investasi asing” yang ditawarkan dan disyaratkan oleh China kepada negara peminta dengan “sistem satu paket” artinya mulai dari management, pendanaan, materiil dan mesin, tenaga ahli, bahkan metode dan tenaga buruh kasarnya di dropping dari China.
Adi mengatakan, sementara AS sudah menempatkan jongos-jongosnya di dalam pemerintahan.
“Dengan sisem demokrasinya, artinya selama sistem demokrasi, kapitalis, sekuler, liberalisme di Indonesia terus di pakai. Pastinya Indonesia dalam kendali negara AS,” papar Adi.
Kata Adi, harusnya pemerintah mengetahui skenario yang sedang dijalankan China dan AS.
“Pertanyaannya. Apakah Pemerintah tidak mengetahui skenario ini sebagai ancaman negara atau justru merupakan bagian dari skenario ini?” tanya Adi.
