Luhut Binsar Panjaitan saat Pilpres 2014 mempunyai ambisi menjadi Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo (Jokowi).
“Saya diminta Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan untuk membantu dirinya supaya bisa menjadi pasangan Cawapres bagi Capres Joko Widodo,” kata Pendiri Perhimpunan Negarawan Indonesia (PNI) Johan Silalahi dalam artikel “Pilgub DKI 2017, Jalan Menuju Pilpres 2019.”
Kata Johan, pertemuan dan diskusi sebagai kakak beradik ini diikuti oleh para Jenderal senior yang ikut dalam tim Bravo 5, salah satu sayap tim kampanye Jokowi-JK dulu. Karena peka dan sensitif, secara komprehensif dan sangat berhati-hati.
“Saya uraikan pada Luhut B. Panjaitan dan tim Bravo 5 bahwa Joko Widodo, Megawati Soekarnoputri dan PDIP sangat lemah basis Islamnya. Akan menjadi ‘blunder dan harakiri’ politik, jika tiba-tiba Joko Widodo dipasangkan dengan Luhut B Panjaitan yang beragama Nasrani, sebagai Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2014 lalu,” ungkap Johan.
Johan menyatakan kepada para Jenderal senior tersebut, jika mau yakin, tenang dan aman memenangkan Pilpres, maka hanya ada satu pilihan, Joko Widodo harus dipasangkan dengan Jusuf Kalla yang kuat basis Islamnya.
“Rekomendasi yang sama juga Saya sampaikan dalam diskusi yang panjang hampir 6 jam di kantor senior Saya Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu, tidak lama setelah pertemuan dengan Jenderal (Purn) Luhut B. Panjaitan,” ungkap Johan.
Johan merekomendasikan berkali-kali dalam bentuk tulisan yang holistik dan komprehensif, kepada Megawati Soekarnoputri dan PDIP melalui Budi Gunawan, mantan ajudan beliau saat jadi Wapres dan Presiden RI.